Puncaknya, beberapa pemerintah daerah seperti di Malang dan Blitar secara tegas melarang penggunaan sound horeg dalam parade atau karnaval karena dianggap lebih banyak mendatangkan mudarat ketimbang manfaat.
Edi Sound sendiri, sebagai sosok yang dianggap memulai tren ini, berada di persimpangan jalan.
Kreasinya telah menjadi budaya populer sekaligus sumber konflik sosial. Dalam sebuah kesempatan, ia pernah merefleksikan fenomena ini.
Beberapa pegiat sound ini hanya ingin membuat acara hajatan itu lebih meriah, lebih berkesan. Tapi kalau sekarang kreasi itu malah membuat tetangga tidak nyaman atau bahkan merusak, tentu itu jadi bahan renungan besar buat semua orang yang terjun di industri ini.
Kehadiran sound horeg masih jadi dilema yang dihadapi para pegiatnya.
Di satu sisi ada semangat kreativitas dan bisnis, di sisi lain ada tanggung jawab sosial yang tak bisa diabaikan.
Fenomena sound horeg bukan lagi sekadar soal kerasnya volume, melainkan telah berevolusi menjadi cerminan kompleks tentang bagaimana sebuah inovasi hiburan bisa berbenturan langsung dengan ketertiban dan kenyamanan publik.