Dengan jemaat yang tersebar dan kesulitan mengakses gereja utama di pusat kota, tempat ini menjadi tempat bagi pendidikan rohani anak-anak mereka. Niat baik itu kini dibalas dengan intimidasi.
Pendeta Dachi menyebut bahwa kegiatan belajar-mengajar ini sudah berlangsung cukup lama.
Keputusan untuk memusatkannya di satu lokasi adalah murni untuk memudahkan.
Namun, niat sederhana itu kini berbuah petaka. Komunitas yang hanya ingin beribadah dan mendidik anak-anaknya dengan tenang, kini hidup dalam ketakutan.
Peristiwa ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa korban paling rentan dari konflik orang dewasa adalah anak-anak.
Wakapolda Sumbar, Brigjen Pol Solihin, mengatakan sembilan orang terduga pelaku telah diamankan, dan jumlahnya kemungkinan bertambah.
Wali Kota Padang, Fadli Amran, menyebut insiden ini dipicu miskomunikasi antara warga dan pengelola rumah doa.
Ia meminta maaf atas kejadian tersebut dan menegaskan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama, serta menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada kepolisian.
Perlindungan terhadap mereka seharusnya menjadi prioritas utama, melampaui segala perbedaan.
Baca Juga: Rumah Doa Digeruduk: Anak-anak Jadi Korban Pemukulan di Padang
Bagikan artikel ini sebagai bentuk solidaritas Anda kepada para korban.
Apa langkah yang harus diambil pemerintah untuk memastikan pemulihan trauma anak-anak ini?
Suarakan pendapatmu di kolom komentar!