Sabrang Letto: Indonesia Jadi Negara Skizofrenik, Elite Asyik Main Drama dan Rakyat Cuma Jadi Korban

Selasa, 29 Juli 2025 | 10:14 WIB
Sabrang Letto: Indonesia Jadi Negara Skizofrenik, Elite Asyik Main Drama dan Rakyat Cuma Jadi Korban
Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Sabrang Letto dalam sebuah perbincangan di kanal YouTube Hendri Satrio Official.

Suara.com - Musisi sekaligus budayawan Sabrang Mowo Damar Panuluh, atau yang akrab disapa Sabrang Letto, melontarkan diagnosis tajam terhadap panggung politik Indonesia terkini.

Menurutnya, hiruk pikuk politik yang dipertontonkan para elite, dari dinamika pasca-pemilu hingga manuver tokoh-tokoh kunci, telah mengubah Indonesia menjadi sebuah 'negara skizofrenik'.

Dalam kondisi ini, rakyat tak lebih dari sekadar penonton yang menanggung dampak buruk dari permainan kekuasaan yang tak berkesudahan.

Pandangan keras ini disampaikannya dalam sebuah diskusi mendalam di podcast Hendri Satrio Official. Sabrang tanpa ragu menyebut berbagai episode politik yang menyita perhatian publik hanyalah bagian dari sebuah sandiwara yang membingungkan dan penuh kontradiksi.

"Saya melihatnya sebagai sebuah negara yang skizofrenik," ujar Sabrang dengan lugas yang dikutip dari YouTube.

Metafora "skizofrenik" digunakan untuk menggambarkan betapa inkonsistennya narasi dan kebijakan yang sering kali ditampilkan oleh para pemangku kepentingan.

Diagnosis 'Negara Skizofrenik'

Ilustrasi Indonesia sebagai negara Skizofrenik. [Suara.com/ChatGPT]
Ilustrasi Indonesia sebagai negara Skizofrenik. [Suara.com/ChatGPT]

Menurut vokalis band Letto ini, kebingungan dan permainan politik yang terjadi, dengan segala intriknya, tidak akan pernah menemukan titik akhir yang jelas.

Ia mengibaratkan siklus ini hanya akan terus berputar dan menjadi "bahan bagi pengamat politik" untuk dianalisis tanpa henti.

Baca Juga: Prabowo Sebut Gerindra-PDIP Seperti Kakak-Adik, Analis: Beda Rumah, Tapi Saling Membantu

Drama politik ini, bagi Sabrang, terjadi karena para aktornya terlalu fokus pada kemenangan jangka pendek, mengabaikan konsekuensi jangka panjang bagi masyarakat luas.

"Ini terjadi karena politisi fokus memenangkan permainan tanpa sadar keputusan mereka mempengaruhi banyak orang," jelasnya.

Fenomena ini, menurutnya, terus berlanjut karena tidak ada mekanisme kontrol yang efektif dari masyarakat.

Sabrang menyoroti kegagalan rakyat dalam memberikan "tendangan balik" (kickback) dengan tidak memilih kembali politisi yang hanya mementingkan agenda pribadinya.

Rakyat Hanya Jadi 'Pelengkap Penderita'

Massa Driver ojek online (ojol) yang tergabung dalam Aliansi Taktis 'Aksi 177' URC Bergerak Bersama menggelar aksi demo di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (17/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Massa Driver ojek online (ojol) yang tergabung dalam Aliansi Taktis 'Aksi 177' URC Bergerak Bersama menggelar aksi demo di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (17/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Di tengah pusaran drama para elite tersebut, posisi rakyat menjadi yang paling dirugikan. Sabrang dengan getir menempatkan masyarakat sebagai korban pasif dari manuver politik tingkat tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI