Suara.com - Di balik tragedi kericuhan pesta rakyat di Pendopo Garut yang merenggut tiga nyawa, tersimpan luka batin yang mendalam pada dua orang anak.
Mereka bukan sekadar saksi, tetapi teman sepermainan yang kini harus berjuang melawan trauma dan rasa bersalah setelah sahabat mereka menjadi korban tewas dalam insiden nahas tersebut.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Garut kini telah menerjunkan tim psikolog.
Tujuannya satu untuk memulihkan jiwa dua bocah berusia 10 tahun itu agar trauma tak membekas hingga dewasa.
Kepala UPTD PPA Garut, Santi Susanti, mengungkapkan bahwa kedua anak ini memiliki ikatan emosional yang kuat dengan korban.
"Dua anak yang trauma itu adalah mereka yang mengajak anak yang meninggal," kata Santi Susanti dilansir dari Antara, Kamis 31 Juli 2025.
Pernyataan ini menggarisbawahi betapa berat beban psikologis yang kini mereka pikul.
Melihat Alun-Alun Jadi Stres dan Takut
Insiden yang terjadi pada Jumat (18/7) siang itu meninggalkan jejak ketakutan yang nyata. Menurut Santi, kondisi kedua anak itu sesaat setelah kejadian sangat mengkhawatirkan.
Mereka tidak hanya kehilangan teman, tetapi juga dihantui oleh memori mengerikan dari lokasi kejadian.
Baca Juga: Parah! Beras Bansos Warga Miskin Garut Dikorupsi, Takaran Dikurangi, Jatah 10 Kg Jadi 7,5 Kg
Tempat yang seharusnya menjadi ruang bermain yang menyenangkan, kini berubah menjadi sumber kecemasan.
"Soalnya melihat Alun-Alun jadi enggak betah, suka stres, dan takut, merasa bersalah," ungkap Santi, menggambarkan kondisi psikologis anak-anak tersebut.
Rasa takut dan perasaan tidak nyaman ini adalah gejala trauma yang jelas. Tim psikolog dari UPTD PPA Garut bekerja keras untuk melakukan asesmen dan memberikan pendampingan intensif agar mereka bisa kembali menjalani hari-hari tanpa dibayangi ketakutan.
Kedua anak yang kini dalam penanganan berasal dari dua daerah berbeda. Satu anak merupakan warga Garut, sementara temannya berasal dari Tasikmalaya. Kondisi ini memerlukan koordinasi penanganan lintas daerah.

"Jadi dirujuk ke UPTD Tasik, itu langsung ke Tasik, asesmen sama psikolog," jelas Santi mengenai penanganan anak yang berasal dari Tasikmalaya.
Sementara itu, untuk anak yang merupakan warga Garut, Santi menyebut kondisinya menunjukkan perkembangan positif dan traumanya tidak lagi seberat di awal.