Suara.com - Di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta yang pengap dan panas, kesabaran 188 orang akhirnya habis. Amarah meledak, teriakan saling bersahutan, dan staf maskapai menjadi sasaran kekecewaan.
Ini bukan kericuhan biasa, namun ini adalah puncak dari sebuah drama yang dipicu oleh satu kalimat bodoh dari seorang penumpang bernama TS (33) di dalam pesawat Lion Air JT-210 tujuan Medan.
Sebuah lelucon yang dianggapnya lucu, "Tidak ada isinya, hanya bom saja," tidak hanya membuatnya terancam 8 tahun penjara, tetapi juga menyandera ratusan nasib penumpang lain dalam mimpi buruk penundaan, kepanikan, dan ketidakpastian pada Sabtu (2/8/2025) pagi.
Detik-detik Lelucon Seharga 8 Tahun Penjara
Cerita ini dimulai dengan sebuah interaksi rutin di dalam kabin pesawat.
Seorang pramugari yang sigap tengah membantu penumpang menata barang bawaan. Ketika ia menanyakan isi tas TS, jawaban yang terlontar adalah kalimat terlarang dalam dunia penerbangan.
Seketika, protokol keamanan tingkat tertinggi langsung aktif.
Pramugari, yang dilatih untuk tidak pernah menganggap remeh ancaman sekecil apa pun, melaporkannya ke kapten pilot.
Tanpa kompromi, sang kapten membuat keputusan yang benar namun berdampak masif: penerbangan dibatalkan untuk pemeriksaan menyeluruh.
Baca Juga: Anak Usaha Lion Air Kantongi Izin Sertifikasi Logistik Halal
Bagi kru pesawat, ini adalah prosedur. Bagi TS, ini adalah awal dari masalah hukum yang serius. Dan bagi 187 penumpang lainnya, ini adalah awal dari penderitaan panjang di bandara.
Efek Domino: Dari Pesawat Kosong hingga Ruang Tunggu Mendidih
Candaan TS memicu efek domino yang tak terkendali. Berikut adalah rentetan konsekuensi yang harus ditanggung semua orang, yakni dilakukan evakuasi total, di mana seluruh 188 penumpang, termasuk anak-anak dan lansia, harus turun dari pesawat.
Selain itu, juga dilakukan pembongkaran bagasi, di mana semua koper dan barang bawaan dari kabin hingga lambung pesawat dikeluarkan untuk diperiksa satu per satu.
Proses yang memakan waktu lebih dari empat jam ini membuat para penumpang menunggu.
Di ruang tunggu yang semakin panas, kesabaran menipis dan akhirnya pecah.