Hadi Tjahjanto Tak Percaya Marsma Fajar Adriyanto Gugur di Pesawat Latih: Jam Terbangnya Banyak

Tasmalinda Suara.Com
Senin, 04 Agustus 2025 | 15:38 WIB
Hadi Tjahjanto Tak Percaya Marsma Fajar Adriyanto Gugur di Pesawat Latih: Jam Terbangnya Banyak
Mantan Panglima TNI Hadi Tjahjanto

Suara.com - Sebuah berita duka datang dengan cara yang sulit dipercaya, bahkan bagi seorang mantan Panglima TNI. Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto mengaku sempat terhenyak dan tak percaya saat pertama kali mendengar kabar gugurnya Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto, salah satu pilot jet tempur F-16 Fighting Falcon terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Kepergian sang "Red Wolf", nama panggilan udaranya dalam insiden pesawat latih di Ciampea, Bogor, pada Minggu (3/8/2025), meninggalkan kesedihan di hati korps TNI Angkatan Udara.

Kisahnya adalah tentang seorang elang perkasa yang justru berpulang saat terbang dengan pesawat yang jauh lebih sederhana dari "kuda besi" yang telah membesarkan namanya.

"Saya Sempat Tidak Percaya..." - Kesaksian Seorang Mantan Panglima

Saat melayat di rumah duka di Komplek TNI AU, Pancoran, Jakarta Selatan, Hadi Tjahjanto tak bisa menyembunyikan rasa kehilangannya.

Ia menceritakan momen pertama kali menerima kabar yang menggetarkan itu.

"Pagi ketika terjadi accident, teman-teman dari FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) langsung mengabarkan ke saya. Dan saya sempat tidak percaya. 'Masa sih?'" ungkap Hadi kepada awak media, Minggu (3/8/2025) malam.

Ketidakpercayaan Hadi sangat beralasan.

Di benaknya, Marsma Fajar adalah seorang master di kokpit F-16, jet tempur canggih yang menuntut keahlian luar biasa.

Baca Juga: 5 Fakta 'Red Wolf' Marsma Fajar Adriyanto, Elang F16 Penantang Jet Tempur AS

"Karena Pak Fajar ini jam terbangnya cukup banyak dan menerbangkan pesawat tempur F-16. Tapi coba saya komunikasi, ternyata memang Pak Fajar mendapatkan musibah," lanjutnya dengan nada lirih.

Bagi Hadi, Fajar bukan sekadar bawahan. Ia adalah sosok perwira paripurna.

"Beliau adalah satu sosok yang sangat disiplin, sosok yang cerdas, sosok yang menghargai seniornya, dan selalu menjadi panutan bagi para juniornya, khususnya para penerbang tempur di Madiun," tegas Hadi.

'Red Wolf': Sang Legenda F-16 dan Insiden Bawean yang Menggetarkan

Untuk memahami mengapa kepergian Marsma Fajar begitu mengejutkan, kita harus kembali ke reputasinya sebagai pilot F-16. Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1992 ini ditempa di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun. Di sinilah ia mendapatkan julukan "Red Wolf".

Namanya menjadi legenda setelah Insiden Bawean pada 3 Juli 2003.

Saat itu, Fajar yang masih berpangkat Kapten, bersama rekannya, dengan gagah berani mencegat lima jet tempur F/A-18 Hornet Angkatan Laut AS yang melintas tanpa izin.

Dalam pertempuran udara jarak dekat (dogfight), Fajar berhasil mengunci radar F-16 miliknya ke arah pesawat tempur AS, sebuah manuver berisiko tinggi yang menunjukkan superioritas dan keberanian pilot TNI AU.

Aksi inilah yang membuatnya dikenal sebagai salah satu elang penjaga langit paling disegani.

Ia membuktikan bahwa di balik kemudi F-16, pilot Indonesia memiliki nyali dan kemampuan untuk menjaga setiap jengkal kedaulatan udara nusantara.

Hubungan Atasan-Bawahan yang Erat dan Profesional

Kedekatan Hadi Tjahjanto dengan Fajar Adriyanto terjalin erat. Hadi mengenang saat ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Fajar yang kala itu menjadi Komandan Lanud di Biak, Papua, selalu memberikan laporan langsung kepadanya.

"Hampir setiap malam setelah penerbangan selesai, di samping dia secara prosedur harus lapor, Pak Fajar selalu memberikan informasi ke saya melalui WA," kenang Hadi.

Bahkan, interaksi terakhir mereka terjadi sekitar seminggu sebelum insiden, membahas proyek film "Kadet 1947".

Film yang digagas Hadi tersebut direalisasikan oleh Fajar saat menjabat Kadispenau, sebagai cara untuk memotivasi generasi muda TNI AU.

Hal ini menunjukkan betapa Fajar adalah seorang eksekutor andal yang mampu menerjemahkan visi pimpinannya.

"Kami sangat kehilangan dengan sosok yang sangat komunikatif, sering bertegur sapa. Kalau kita WA, tidak sampai satu menit pasti membalas," pungkas Hadi.

Penerbangan Terakhir Bukan di Jet Tempur

Sang penakluk F-16 ini tidak gugur di dalam kokpit jet tempur.

Ia berpulang saat menerbangkan pesawat latih ringan Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dalam kapasitasnya sebagai anggota FASI.

Kecintaannya untuk terbang begitu besar hingga ia tetap mengudara di luar jam dinasnya.

Kini, "Red Wolf" telah menyelesaikan penerbangan terakhirnya.

Ia meninggalkan warisan keberanian, kecerdasan, dan loyalitas tanpa batas. Selamat jalan, Jenderal. Langit Indonesia akan selalu mengenangmu.

Bagaimana kisah Marsma Fajar "Red Wolf" Adriyanto menginspirasi Anda?

Sampaikan rasa hormat dan belasungkawa Anda di kolom komentar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI