Sebelum terjerat kasus hukum, kecemerlangan Gibran diakui secara luas.
Puncaknya adalah ketika namanya masuk dalam daftar prestisius Fortune Indonesia "40 Under 40". Ia disejajarkan dengan para pemimpin bisnis dan inovator paling berpengaruh di bawah usia 40 tahun.
Pengakuan ini melengkapi citranya sebagai alumnus ITB yang sukses luar biasa.
Ia menjadi bukti hidup bahwa lulusan ilmu hayati bisa membangun kerajaan bisnis teknologi. Namun, kini pengakuan itu meninggalkan jejak ironi yang mendalam.
Ia diakui karena kepiawaian bisnisnya, bidang yang sama yang kini membuatnya menjadi tersangka.
Kisah pendidikan Gibran Huzaifah adalah pengingat pahit bahwa kecerdasan dan gelar dari universitas ternama bukanlah jaminan integritas.
Almamater bisa memberikan ilmu dan nalar, tetapi kompas moral pada akhirnya ditentukan oleh individu itu sendiri.
Menurut Anda, sejauh mana latar belakang pendidikan membentuk etika seseorang dalam berbisnis?
Bagikan pendapatmu di kolom komentar.
Baca Juga: Gibran, Bos eFishery Dipenjara, Nasib Ribuan Petambak Kini di Ujung Tanduk?