Kisah Kakek Setia Tuntun Istri Buta Jualan Telur Puyuh: Matanya Adalah Aku

Tasmalinda Suara.Com
Rabu, 06 Agustus 2025 | 22:08 WIB
Kisah Kakek Setia Tuntun Istri Buta Jualan Telur Puyuh: Matanya Adalah Aku
Kakek yang menemani istri yang buta berjualan telur puyuh

Suara.com - Di tengah hiruk pikuk dunia yang menuntut kecepatan dan kesempurnaan, sebuah potret cinta yang tulus dan sederhana hadir dari pinggir jalan pedesaan.

Kisah ini bukan dari naskah film, melainkan dari perjuangan nyata sepasang lansia, seorang kakek dan nenek yang membuktikan bahwa cinta sejati tidak pernah menuntut, melainkan selalu memberi dan menemani.

Sebuah unggahan viral di media sosial berhasil menangkap esensi dari perjuangan mereka yakni seorang kakek yang dengan setia selalu membawa serta istrinya yang buta, berkeliling kampung di atas sepeda ontel tua, untuk menjual telur puyuh.

Ini bukan sekadar kisah haru, ini adalah sebuah pelajaran hidup tentang arti "bersama" dalam suka dan duka yang sesungguhnya.

Perjuangan Mengayuh Roda Kehidupan

Bayangkan sebuah pagi yang masih remang. Di sebuah rumah sederhana, seorang kakek dengan sabar menyiapkan dagangannya yakni telur puyuh yang mungkin tidak seberapa.

Namun, persiapan terpentingnya bukanlah menata barang dagangan, melainkan membantu sang istri tercinta, pendamping hidupnya, untuk bersiap.

Dengan penuh kasih, ia menuntun istrinya yang tak bisa lagi melihat indahnya dunia, untuk kemudian duduk di atas sepeda ontel yang telah menjadi saksi bisu perjalanan mereka.

Setiap hari, mereka menyusuri jalanan kampung, menempuh jarak berkilometer.

Baca Juga: Kampung Tenggelam, Pembalut Pun Sulit: Kisah Inspiratif Nelayan Perempuan Atasi Krisis Menstruasi

Sang kakek mengayuh dengan sisa tenaga tuanya, sementara sang nenek duduk setia, mungkin hanya bisa merasakan hembusan angin dan mendengar suara suaminya.

Bagi mereka, sepeda ontel itu bukan lagi sekadar alat transportasi, melainkan singgasana cinta mereka, tempat mereka menghadapi kerasnya hidup bersama-sama.

"Tak Ingin Ia Sendirian di Rumah"

Yang membuat kisah ini begitu menyentuh dan "menampar" adalah alasan di balik keputusan sang kakek.

Mengapa ia harus bersusah payah membawa istrinya yang buta dalam perjalanan yang melelahkan? Bukankah lebih mudah jika sang istri menunggu di rumah?

Jawabannya sederhana, namun sangat dalam: Karena cinta adalah tentang kebersamaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI