Suara.com - Kabupaten Jember kian kokoh meneguhkan diri sebagai salah satu pusat produksi kopi unggulan di Indonesia. Sebutan "Jember Surga Kopi Indonesia” yang dicanangkan Bupati Jember Muhammad Fawait bukan sekadar jargon, melainkan cerminan nyata dari potensi besar yang dimiliki daerah ini. Rantai nilai kopi di Jember terbentang lengkap dari hulu hingga hilir, mulai dari proses budidaya, keberagaman varietas, dukungan riset, hingga strategi promosi yang berhasil menembus pasar nasional bahkan internasional.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Jember, wilayah ini memiliki sekitar 18.000 hektare perkebunan kopi dengan produksi tahunan mencapai 11.700 ton. Skala tersebut menempatkan Jember sebagai salah satu produsen kopi terbesar di Jawa Timur sekaligus penyumbang penting bagi pasokan kopi nasional.
Keunggulan Jember juga terletak pada tiga varietas kopi utama yang terkenal di kalangan pecinta kopi. Pertama, Robusta Jember yang menghadirkan rasa pahit khas robusta berpadu sentuhan keasaman arabika. Kedua, Arabika dari dataran tinggi Jember yang menawarkan profil rasa manis lembut dengan tingkat keasaman sedang. Ketiga, Liberika, varietas dengan aroma khas menyerupai buah nangka yang membuatnya unik dibandingkan jenis kopi lain di Indonesia.
Keunggulan ini tidak lepas dari peran Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) yang berlokasi di Jember. Lembaga yang berdiri sejak 1911 ini awalnya bernama Besoekisch Proefstation dan kini menjadi pusat riset, pengembangan varietas, serta inovasi pengolahan kopi dan kakao nasional. Puslitkoka juga menjadi destinasi wisata edukasi yang terjangkau bagi berbagai kalangan.
Puslitkoka diresmikan sebagai pusat pengembangan kopi dan kakao nasional melalui SK Menteri Pertanian No. 786/Kpts/Org/9/1981. Sejak era kolonial, lembaga ini berstatus Pusat Unggulan IPTEK dan telah menerima berbagai penghargaan, termasuk pada 2012 dan 2013 sebagai program pendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pada 2016, cakupan tugasnya diperluas dengan mendirikan Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) untuk melatih wirausahawan baru berbasis kopi dan kakao.
Di sektor hilir, pelaku usaha kopi Jember banyak mengembangkan metode pengolahan modern, seperti natural, fully washed, dan honey process. Penelitian menunjukkan, metode natural mampu memberi nilai tambah hingga Rp10.158 per kilogram atau margin keuntungan sebesar 54,40 persen. Hal ini membuka peluang petani untuk naik kelas menjadi pengusaha kopi.
Bupati Jember, Muhammad Fawait mulai mendorong branding “Jember Surga Kopi Indonesia” melalui berbagai ajang promosi, seperti Holistic Coffee Expo (HCE)* dan Jatim Coffee and Trade Fest yang digelar pertengahan Juli 2025 lalu. Event tersebut menjadi ajang pertemuan petani, pelaku industri, dan pembeli dari dalam maupun luar negeri.
Pada kesempatan itu dia juga mengungkapkan telah berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur terkait peluang ekspor kopi dan tembakau dari Jember.
“Kopi Jember akan menjadi salah satu komoditas yang dibawa saat misi dagang ke luar negeri,” kata Fawait.
Baca Juga: Budgetnya sampai Rp8 M, Berapa Harga Mesin Kopi yang Jadi Souvenir Luna Maya dan Maxime Bouttier?
Tak hanya dalam kesempatan tersebut, dalam perayaan HUT ke-9 Royal Riders Indonesia (Rori) di GOR PKPSO Jember, Minggu (9/8/2025), Fawait menyebut Jember sebagai surga kopi sekaligus penghasil cerutu terbaik di Indonesia.
“Jember adalah surga kopi. Dan kopi tanpa cerutu itu hambar. Jember juga penghasil kopi terbesar,” ujarnya.
Dengan perpaduan potensi alam, riset, inovasi pengolahan, dan promosi strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah Jember bukan hanya mempertahankan reputasinya sebagai produsen kopi berkualitas, tetapi juga menguatkan posisinya di peta industri kopi.***