Nyesek! Cuma Numpang Foto, Keluarga Ini Diusir dari Kafe, Alasannya Bikin Netizen Terbelah

Tasmalinda Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2025 | 13:29 WIB
Nyesek! Cuma Numpang Foto, Keluarga Ini Diusir dari Kafe, Alasannya Bikin Netizen Terbelah
keluarga diusir dari restoran

Suara.com -  Jagat media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah video singkat yang memilukan sekaligus memancing perdebatan.

Dalam video yang beredar luas, tampak sebuah keluarga, termasuk seorang ibu yang tengah menggendong anaknya, terlihat pasrah saat diminta meninggalkan sebuah kafe oleh pelayan.

Alasan pengusiran tersebut? Mereka diketahui hanya menumpang untuk mengambil beberapa foto di area kafe yang estetis tanpa memesan makanan atau minuman.

Konflik memuncak ketika salah satu anggota keluarga memberikan penjelasan yang kemudian menjadi sorotan utama.

"Gimana kalau misalkan kita gak punya duit? bukannya gak mau tapi kita sih udah pada makan dari rumah," ujar mereka dalam rekaman tersebut.

Kalimat ini sontak viral, membelah opini publik menjadi dua kubu yang saling bertentangan.

Di satu sisi, banyak yang bersimpati pada keluarga tersebut, menganggap tindakan pihak kafe tidak manusiawi dan terlalu kaku.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit yang membela pihak kafe dan menyoroti pentingnya etika sebagai pelanggan.

Insiden ini membuka kotak pandora tentang "aturan tak tertulis" yang selama ini menjadi pedoman di banyak kedai kopi dan tempat makan.

Baca Juga: Struk Aneh! Ada Item 'Royalti Musik dan Lagu', Konsumen yang Bayar?

Sebuah kafe, pada hakikatnya, adalah sebuah bisnis yang menjual tidak hanya produk, tetapi juga suasana dan pengalaman.

Setiap meja yang terisi, setiap sudut yang estetis, dan setiap fasilitas seperti Wi-Fi dan pendingin ruangan merupakan bagian dari investasi yang biaya operasionalnya harus ditutupi dari penjualan.

Dari sudut pandang pengusaha, pengunjung yang datang hanya untuk memanfaatkan tempat tanpa melakukan transaksi dianggap mengambil hak pelanggan lain yang benar-benar ingin menikmati produk dan layanan.

Apalagi jika hal itu terjadi pada jam-jam sibuk, di mana setiap kursi sangat berharga.

Fenomena ini bukanlah hal baru.

Banyak pengelola kafe mengeluhkan pengunjung yang datang beramai-ramai namun hanya memesan satu minuman untuk dipakai bergantian selama berjam-jam sambil mengisi daya semua gawai mereka.

Praktik semacam ini seringkali didasari oleh etika dan kesadaran bersama. Beberapa panduan tidak tertulis yang umum berlaku di antaranya adalah memesan menu yang sepadan dengan durasi kunjungan.

Jika datang berempat, setidaknya jangan hanya memesan satu es teh. Selain itu, penting juga untuk tidak memonopoli meja atau kursi melebihi kapasitas yang dibutuhkan.

Di era media sosial, di mana predikat "Instagrammable" menjadi daya tarik utama sebuah tempat, dilema seperti ini menjadi semakin sering terjadi.

Banyak orang sengaja datang untuk berburu konten, menjadikan kafe sekadar latar belakang foto tanpa niat untuk menjadi pelanggan.

Situasi ini menempatkan pemilik usaha pada posisi yang sulit: antara menegakkan aturan demi keberlangsungan bisnis atau menjaga citra ramah pelanggan agar tidak menuai kritik pedas di dunia maya.

Kisah keluarga ini menjadi cermin bagi dinamika sosial yang lebih luas.

Ada pergeseran budaya di mana batas antara ruang publik dan ruang komersial menjadi kabur.

Bagi pengunjung, penting untuk menumbuhkan rasa tenggang rasa dan kesadaran bahwa kafe adalah ruang bersama yang memiliki aturan mainnya sendiri.

Sementara bagi pelaku usaha, komunikasi yang jelas dan humanis dalam menyampaikan aturan bisa menjadi kunci untuk menghindari kesalahpahaman yang berujung viral.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI