Suara.com - Generasi Z di Indonesia kian dihantui dilema di tengah derasnya arus informasi. Isu-isu besar silih berganti, sering kali menenggelamkan persoalan lain yang tak kalah penting.
Kebingungan memilah mana fakta, mana pengalihan, membuat anak muda merasa letih sekaligus rentan terseret dalam pusaran hoaks.
Hal ini disampaikan Ahmad, seorang mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam forum diskusi Bisnis Indonesia di Radio Republik Indonesia (RRI), Kamis (21/8/2025).
"Sebagai generasi Z, kami mengalami dilema. Informasi sangat masif, seringkali satu isu besar dipakai untuk menutupi isu lainnya. Bagaimana cara kami menanggapi ini?" ujar dia,
Ahmad mengungkapkan bagaimana generasi muda seringkali kesulitan membedakan mana informasi penting dan mana yang sekadar pengalihan isu.
Helena dari BBC Media Action langsung memvalidasi perasaan tersebut.
"Kebingungan itu nyata, dan itu adalah salah satu bukti kerentanan anak muda," ujarnya.
Menurutnya, kunci untuk bertahan adalah dengan membangun "disiplin" informasi.
"Literasi informasi itu bukan hanya dari atas ke bawah, tapi antara kita juga harus saling mengedukasi. Tanyakan, apa dampak dari informasi yang akan kamu bagikan?" tegas Helena.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah HIV Tidak Berbahaya dan ARV Hanya Propaganda?
Sementara itu, Adi Marsiela dari Koordinator Cek Fakta memberikan solusi praktis. Pertama, temukan dan dukung media yang tepercaya.
"Kalau mau konten berkualitas, dukung dengan berlangganan. Jurnalisme itu butuh biaya," katanya.
Kedua, manfaatkan teknologi untuk melawan teknologi. Ia memperkenalkan nomor WhatsApp Cek Fakta.
"Kalau dapat informasi meragukan, jangan langsung sebar. Teruskan dulu ke nomor itu. Nanti bot kami akan bantu cek," kata dia.
Bagi Gen Z yang merasa tenggelam, para pakar sepakat bahwa jangan pasrah. Membangun sikap kritis, memverifikasi sebelum membagikan, dan mendukung sumber berita yang kredibel adalah pelampung terbaik untuk selamat dari tsunami hoaks.
Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena