Dalam situasi kebuntuan politik formal ini, Ray Rangkuti menaruh harapan besar pada kekuatan masyarakat sipil sebagai oposisi independen.
Dengan kekuatan teknologi dan media sosial, warga kini memiliki panggung untuk menyuarakan kritik, mengawal kebijakan, dan memastikan pemerintah tetap berada di jalur yang benar.
Kekuatan "netizen" dianggap menjadi benteng terakhir untuk mencegah Indonesia kembali terperosok ke dalam budaya politik ABS yang bisa merusak sendi-sendi demokrasi.