Suara.com - Sebuah video yang menyedihkan sekaligus membakar amarah kini beredar luas di media sosial, menjadi potret buram perjuangan rakyat kecil di tengah kekacauan.
Video tersebut menampilkan seorang driver ojek online (ojol) dengan wajah yang belepotan pasta gigi, dengan penahan perih darurat, sambil menahan tangis dan menceritakan nasib tragis yang baru saja menimpanya.
Bapak yang tak disebutkan namanya itu menjadi korban salah sasaran saat sedang menjalankan tugasnya. Ia mengaku sedang mengantarkan pesanan makanan bersama putranya saat terjebak dalam situasi yang tak terduga.
Tanpa peringatan, ia dan anaknya dihujani tembakan gas air mata dari aparat Brimob hingga lima kali.
Dalam kondisi panik, perih, dan berusaha melindungi anaknya, ia terpaksa membuat keputusan pahit.
Makanan pesanan pelanggan senilai Rp135 ribu yang menjadi tumpuan rezekinya hari itu harus ia relakan.
“Makanannya Saya Buang harganya 135ribu, Emang Mau Brimob Atau Pemerintah Ganti Itu?” ucapnya dengan suara bergetar menahan amarah dan kekecewaan.
Bagi sebagian orang, Rp135 ribu mungkin bukan jumlah yang besar.
Namun bagi seorang driver ojol, angka itu bisa jadi hasil jerih payah bekerja seharian di bawah terik matahari dan di tengah kemacetan.
Baca Juga: Ahmad Sahroni Dukung Polisi Tangkap Pendemo Anarkis DPR: Di Bawah Umur Saja Sudah Brengsek
Kekecewaannya bukan hanya soal kerugian materi.
Lebih dalam dari itu, ia menyuarakan kepedihan sebagai rakyat kecil yang selalu menjadi korban. Ia merasa aparat tidak memiliki empati terhadap perjuangan mereka yang sudah sangat sulit.
“Lihat Dong Rakyat Kecil, Kita Udah Susah,” lanjutnya, sebuah kalimat sederhana yang mewakili jeritan hati jutaan orang yang bernasib serupa.
Ia hanya seorang ayah yang sedang mencari nafkah untuk keluarganya, namun justru menjadi sasaran tindakan represif yang seharusnya tidak ditujukan kepadanya.
Namun, di puncak kekecewaan dan kepedihannya, sang bapak melontarkan sebuah tudingan yang jauh lebih serius dan mengejutkan, yang membuka kotak penasaran tentang masalah lain yang mungkin ia hadapi dengan aparat.
“Maaf Maaf Kaya Data Saya Pernah Dipakai Polisi Buat P1njol,” ungkapnya lirih.