Suara.com - Kasus penculikan dan pembunuhan brutal yang menimpa Kepala Cabang (Kacab) BRI Cempaka Putih, Muhammad Ilham Pradipta (37), terus menguak fakta-fakta yang mencengangkan.
Di balik kejahatan ini, ada kisah tentang kemewahan, pengkhianatan, dan jeritan hati yang menuntut keadilan.
Berikut adalah 6 fakta kunci yang merangkum keseluruhan drama kelam yang didalangi oleh terduga aktor intelektual, Dwi Hartono (40).
1. Otak Pelaku Punya 2 Rumah 'Sultan' Bersebelahan
Dwi Hartono ternyata bukanlah orang sembarangan. Ia memiliki dua rumah mewah yang berdiri megah bersebelahan di kawasan elite Kota Wisata, Bogor, tepatnya di Blok Q1 Nomor 8 dan 9.
Bangunan bercat putih dengan pagar berlapis emas ini menjadi simbol kemakmuran sang terduga dalang, yang kini menjadi saksi bisu persekongkolan jahat.
2. Kini Kosong dan Horor: Lampu Menyala di Siang Hari
Sejak kasus ini terbongkar, kedua rumah mewah itu kini kosong melompong dan memancarkan aura mencekam.
Tanda paling aneh adalah lampu halaman yang dibiarkan terus menyala bahkan di siang hari, seolah ditinggalkan terburu-buru oleh penghuninya. Tak ada lagi tanda kehidupan, hanya kebisuan yang ganjil.
Baca Juga: 'Suami Saya Orang Baik' Jeritan Pilu Istri Kacab BRI di Tengah Kemewahan Rumah Kosong Sang Pembunuh
3. Ironi Mengerikan: Dulunya Kantor Platform Pendidikan 'Guruku.com'
Fakta paling ironis adalah fungsi dari rumah tersebut. Selain sebagai tempat tinggal, properti ini adalah pusat bisnis Dwi Hartono, termasuk kantor untuk platform pendidikan non-formal Guruku.com.

Logo besar perusahaan yang masih menempel di dinding kini menjadi ironi pahit tempat yang seharusnya mencerdaskan bangsa, justru menjadi sarang perencanaan kejahatan keji.
4. Korban Adalah Kacab BRI Berusia 37 Tahun
Korban dalam tragedi ini adalah Muhammad Ilham Pradipta, seorang bankir profesional berusia 37 tahun yang menjabat sebagai Kepala Cabang BRI Cempaka Putih.
Menurut kesaksian istrinya, ia adalah sosok suami dan ayah yang baik hati, yang harus meregang nyawa dengan cara yang sangat tidak manusiawi.
5. Bukan Sekadar Pembunuhan, Korban Diculik Terlebih Dahulu
Kasus ini bukan pembunuhan spontan. Ini adalah kejahatan terencana yang diawali dengan penculikan. Almarhum Muhammad Ilham Pradipta diculik sebelum akhirnya dibunuh secara brutal.
Rangkaian perbuatan ini menunjukkan tingkat kekejian dan perencanaan matang dari para pelaku.
6. Jeritan Hati Sang Istri: "Hukum Seberat-beratnya!"
Di tengah semua drama ini, suara yang paling menyayat hati datang dari Puspita Aulia, istri korban. Ia tidak menuntut apa pun selain keadilan tertinggi.
"Harapan saya ketika pelaku sudah ketemu dihukum seberat beratnya, karena suami saya orang baik lalu diperlakukan dengan cara tidak baik sampai kehilangan nyawanya," ucapnya pilu. Permintaannya menjadi representasi duka dan kemarahan keluarga yang hancur.