- Goenawan Mohamad kritik politik jadi ajang transaksi kekuasaan, rakyat terpinggirkan.
- Pemerintah dinilai boros, pajak tinggi, menteri dan legislator abai rakyat.
- Gelombang protes dianggap ekspresi kemarahan rakyat menuntut keadilan.
Suara.com - Gelombang aksi protes yang marak selama pekan lalu dinilai sebagai tanda kekecewaan rakyat yang kian dalam terhadap pemerintah.
Budayawan Goenawan Mohamad menyebut bahwa situasi politik Indonesia hari ini tak ubahnya arena jual-beli dukungan dan perjudian kekuasaan, sementara rakyat semakin terpinggirkan.
"Hari-hari ini sudah sepantasnya kita tak cuma diam," kata Goenawan dalam pernyataannya yang diterima Suara.com, Senin (1/9/2025).
Ia menilai bahwa rakyat hanya disuguhi pidato-pidato melambung dari Presiden, sementara kinerja para menteri justru semakin tak jelas meski jumlah kabinet terus membengkak.
"Para legislator tak menghiraukan keluh-kesah rakyat yang makin terabaikan. Politisi hanya memikirkan kepentingan sendiri," kritik Goenawan.
Goenawan juga menyoroti lembaga peradilan yang disebutnya nyaris tak tahu malu karena sering mengeluarkan keputusan sewenang-wenang.
Tak hanya itu, aparat negara pun dianggap kehilangan wibawa lantaran mudah disuap dan makin tampak sebagai alat penindasan.
Sementara di bidang ekonomi, ia menilai beban rakyat makin berat.

Pemerintah dinilai tak segan memungut pajak tinggi tanpa konsultasi, disertai program-program yang boros dengan tujuan yang membingungkan.
Baca Juga: Geger Puisi 'AMUK' UAS, Kritik Keras Pemerintah: Orang Lapar, Jangan Disuruh Sabar!
Goenawan menyebut gelombang kemarahan rakyat yang muncul di banyak tempat bukanlah hal yang bisa dipandang remeh.
Menurutnya, itu adalah ekspresi tuntutan akan keadilan.
"Jika sekarang kita lihat dari bawah rakyat di pelbagai tempat menampakkan kemarahan, itu adalah kemarahan untuk keadilan—yang tak bisa dihentikan, meskipun bisa diredam," katanya.