YLKI Desak Penyelesaian Masalah Stok dan Harga Beras di Pasaran

Dythia Novianty Suara.Com
Sabtu, 06 September 2025 | 09:49 WIB
YLKI Desak Penyelesaian Masalah Stok dan Harga Beras di Pasaran
Ilustrasi petugas memeriksa stok beras. [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa]
Baca 10 detik
  • Harga beras masih tinggi meski pemerintah klaim stok melimpah
  • YLKI desak pemerintah jamin akses, kualitas, dan harga beras yang terjangkau
  • Distribusi beras dinilai bermasalah, perlu pengawasan ketat dari hulu ke hilir

Suara.com - Ketersediaan stok dan harga beras di pasaran masih menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia dan untuk itu, YLKI mendesak disegrakannya penyelesaiannya.

"Polemik beras belum juga beres, di lapangan asih ada persoalan untuk segera dituntaskan," ucap Ketua YLKI Niti Emiliana dilansir dari laman Antara, Sabtu (6/9/2025).

Pasalnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa stok beras melimpah.

"Namun, mengapa harga beras di pasaran masih tinggi dan stok beras banyak yang kosong di pasaran," ujarnya.

Niti Emiliana mengungkapkan bahwa pihaknya mencatat jika pada sisi konsumen stok beras melipah, harusnya tersedia di pasaran sehingga mudah diakses masyarakat.

"Jadi bukan hanya berada di hulu atau gudang saja," imbuhnya.

Tidak hanya akses, dia mengingatkan bahwa stok beras yang ada harusnya memiliki kualitas sesuai standar dan harga terjaungkau.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat menghadap Presiden Prabowo di Istana, Jakarta. (Suara.com/Novian)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Suara.com/Novian)

"Pemerintah seharusnya menjamin tersediaan stok beras di pasar dan memastikan harganya terjangkau bagi msyarakat," ucap Niti Emiliana.

Tidak hanya itu, YLKI juga melihat, eskalasi harga beras di ritel modern sangat memberatkan konsumen dan tidak sesuai dengan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Perum Bulog Pastikan Kualitas Stok Beras Nasional Tetap Terjaga

"Banyak konsumen terkecoh bahwa beras yang tersedia di ritel modern bukanlah beras premium biasa, melainkan beras khusus terfortifikasi yang harganya Rp 90 ribu hingga Rp 130 ribu per lima kilogram (kg)," katanya.

Sedangkan, dia menerangkan bahwa beras khusus tidak memiliki aturan tetap HET dari pemerintah.

"Hal ini imbas dari kekosongan stok beras premium dan medium di ritel modern," ujar dia.

Polemik berikutnya pada beras di pasar tradisional, konsumen juga merasakan kenaikan harga beras eceran, meskipun tak sesignifikan beras di ritel modern, dan harganya cenderung masih bisa terjangkau.

"Namun ini juga harus menjadi perhatian agar tidak ada kenaikan harga dan kekosongan stok beras di pasar tradisional," katanya, menjelaskan.

Oleh karena itu, YLKI meminta pemerintah memenuhi hak dasar konsumen untuk memenuhi stok beras di pasaran dengan akses yang mudah, kualitas sesuai standar dan harga yang terjangkau.

YLKI juga mendorong Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog untuk mempercepat pendistribusian beras SPHP dengan kualitas terstandar secara masif dalam rangka menstabilkan harga beras dan mengisi kekosongan stok beras di pasaran.

Ia juga mendesak Kementerian Perdagangan, Bapanas, Satgas Pangan, dan Kepolisian untuk mengusut tuntas proses distribusi dari hulu hingga hilir dan kekosongan beras premium dan medium di ritel.

"Bicara soal pelanggan, konsumen beras lah yang loyal menjadi pelanggan sebab beras sudah menjadi komoditi bahan makanan pokok konsumen," pungkas Niti.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?