Pengamat: Keberanian Dasco Minta Maaf dan Bertemu Mahasiswa jadi Terobosan Baru DPR

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 12 September 2025 | 18:24 WIB
Pengamat: Keberanian Dasco Minta Maaf dan Bertemu Mahasiswa jadi Terobosan Baru DPR
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad dan pimpinan parlemen lainnya saat bertemu perwakilan DPR RI. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Keputusan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad meminta maaf kepada publik dan secara terbuka mengakui kesalahan institusi legislatif, dinilai menjadi titik balik meredam amarah massa hingga tak berujung darurat militer maupun kerusuhan yang lebih luas.

Peneliti Indikator Politik, Bawono Kumoro, mengatakan, pertemuan pemimpin DPR dan perwakilan mahasiswa pada Rabu 3 September, menjadi terobosan vital.

Menurutnya, pertemuan Dasco Cs dan perwakilan mahasiswa itu mampu membuka sumbatan komunikasi yang selama ini seolah menjadi tembok tebal antara rakyat dan wakil-wakilnya di parlemen.

"Dasco yang meminta maaf atas nama DPR serta pertemuan tersebut adalah langkah tepat dan harus diapresiasi," kata Bawono, dikutip hari Jumat (12/9/2025).

Menurutnya, kesediaan para pimpinan dewan untuk berdialog langsung dengan mahasiswa merupakan sebuah kemajuan signifikan.

Pertemuan ini bukanlah tanpa sebab. Sebelumnya, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya menjadi saksi bisu gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak akhir Agustus 2025.

Aksi yang dimotori oleh aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ini menyuarakan berbagai tuntutan, yang kemudian dirangkum dalam "17+8 Tuntutan Rakyat", mencakup isu kinerja dewan, penolakan tunjangan besar, hingga tuntutan reformasi kelembagaan.

Situasi memuncak dengan jatuhnya korban jiwa. Salah satunya adalah Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang tewas mengenaskan setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat aksi massa.

Tragedi ini menyulut amarah publik yang lebih besar dan menempatkan aparat serta pemerintah dalam sorotan tajam.

Baca Juga: Dasco: Pengunduran Diri Rahayu Saraswati Akan Diproses Via Mahkamah Partai

Dalam audiensi yang dihadiri oleh tiga Wakil Ketua DPR—Sufmi Dasco Ahmad, Cucun Ahmad Syamsurijal, dan Saan Mustopa—suasana haru dan tegang bercampur menjadi satu.

Momen krusial terjadi ketika Sufmi Dasco Ahmad, atas nama lembaga DPR, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka.

"Pertama-tama, selaku pimpinan DPR, kami dalam kesempatan ini mengucapkan dukacita yang sangat mendalam atas berpulangnya Affan Kurniawan dan seluruh korban kejadian aksi penyampaian pendapat yang terjadi beberapa waktu yang lalu," ujar Dasco di hadapan para mahasiswa di kompleks parlemen, Senayan.

Tidak berhenti di situ, Dasco melanjutkan dengan pernyataan yang mengejutkan banyak pihak, sebuah pengakuan atas kekurangan lembaga yang ia pimpin.

"Selaku pimpinan DPR kami menyatakan permohonan maaf atas kekeliruan serta kekurangan kami sebagai wakil rakyat dalam menjalankan tugas dan fungsi mewakili aspirasi masyarakat yang selama ini menjadi tanggung jawab kami," ungkapnya.

Usul pertemuan berkala

Bawono Kumoro, yang juga seorang pakar komunikasi politik, melihat ini sebagai momentum penting.

Ia menyoroti bahwa di tengah berbagai tantangan bangsa, keterbukaan DPR menjadi sebuah keharusan.

Dialog dengan mahasiswa, menurutnya, adalah langkah komunikasi strategis yang perlu dilembagakan.

"Kesediaan DPR RI mendengarkan pandangan dan pemikiran  mahasiswa soal kondisi bangsa Indonesia saat ini, dan berbagai tantangan, juga masalah-masalah aktual, adalah terobosan komunikasi sangat bagus untuk dilakukan berkala ke depan," ungkapnya.

Bawono menambahkan, dialog semacam ini secara efektif dapat meruntuhkan sekat antara legislator dan konstituennya.

Ini adalah langkah positif untuk membangun kembali kepercayaan yang sempat terkikis.

"Dengan membuka ruang-ruang dialog seperti ini, DPR RI secara tidak langsung akan turut dapat meniadakan sumbatan-sumbatan komunikasi di masa depan antara anggota DPR RI dan konstituen mereka," katanya.

Reformasi DPR

Permintaan maaf Dasco pun tak hanya berhenti di bibir. Ia berjanji akan melakukan evaluasi dan perbaikan menyeluruh di tubuh DPR.

Beberapa langkah konkret bahkan langsung diumumkan, seperti penghentian tunjangan perumahan anggota dewan dan moratorium perjalanan dinas ke luar negeri sebagai wujud efisiensi dan respons atas kritik publik.

Pertemuan ini menjadi babak baru dalam dinamika politik tanah air. Apakah ini hanya sebuah langkah seremonial untuk meredam amarah sesaat, atau menjadi awal dari reformasi sejati di parlemen, waktu yang akan membuktikan.

Namun, satu hal yang pasti, pintu dialog yang sempat tertutup rapat itu kini telah terbuka.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI