- Pemerintah telah menyiapkan infrastruktur pendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
- Pembangunan SPPG tidak hanya berfungsi sebagai pusat penyaluran makanan, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal
- Keterlibatan petani menjadi kunci keberlanjutan program MBG
Suara.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memastikan pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan segera berjalan.
Tito menyebut, saat ini sudah tersedia 806 titik lahan yang siap digunakan untuk mendukung operasional program tersebut.
"Ada 806 titik lahan yang tanahnya layak untuk pembangunan SPPG. Lahannya sudah siap dan pemerintah daerah juga sangat antusias," ujar Tito dalam keterangannya, Sabtu (20/9/2025).
Dari jumlah tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) akan membangun 542 unit SPPG, sementara 264 unit lainnya akan dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Menurut Tito, keberadaan fasilitas ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat penyaluran makanan, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal.
Tito menilai, pembangunan SPPG akan membuka lapangan kerja baru, menggerakkan rantai pasok pangan, hingga mendorong perputaran uang di daerah. Ia optimistis, dampak ekonominya bisa langsung dirasakan masyarakat.
Sementara itu, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andy Ahmad Zaelany menambahkan, ketersediaan lahan ini bisa menjadi titik awal terbentuknya sentra ekonomi baru, khususnya bagi petani.
Menurutnya, potensi tersebut dapat tercapai jika akses masyarakat, terutama petani, dibuka luas dalam pelaksanaan program.
Andy mencontohkan praktik di Korea Selatan, di mana dinas pertanian berperan penting memastikan kualitas produksi pangan, mengatur pembelian hasil tani, hingga menyalurkan ke sekolah-sekolah.
Baca Juga: MBG Disorot: Ribuan SPPG Diduga Fiktif di Kepulauan Riau, DPR Minta Pengawasan Ketat
Model serupa, kata dia, bisa diterapkan di Indonesia agar MBG berjalan efektif.
Ia menekankan, ada dua faktor utama yang harus dipastikan untuk melibatkan petani secara optimal.
Pertama, kepastian lahan garapan dan komoditas yang ditanam. Kedua, sistem pembelian serta alur distribusi yang melibatkan usaha masyarakat secara langsung.
Dengan mekanisme tersebut, Andy yakin program MBG akan menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan.
"Dengan cara ini, uang yang berputar dalam program MBG akan dinikmati langsung oleh warga di daerah," ujarnya.