Keraguan Publik Atas Keaslian Ijazah Jokowi Kian Membara Meski Bareskrim Menyatakan Asli

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 22 September 2025 | 18:08 WIB
Keraguan Publik Atas Keaslian Ijazah Jokowi Kian Membara Meski Bareskrim Menyatakan Asli
Ilustrasi Ijazah Jokowi. [Tangkap Layar]
Baca 10 detik
  • Pernyataan Bareskrim soal keaslian ijazah Jokowi tidak meredakan kecurigaan publik
  • Fokus perdebatan bergeser ke legalitas perolehan ijazah dan transparansi prosesnya
  • Kasus ini diprediksi memicu konflik politik dan memperumit awal pemerintahan Prabowo

Suara.com - Pernyataan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri soal ijazah Presiden Joko Widodo asli, tak mampu meredakan pertanyaan dan kecurigaan publik.

Opini publik justru menilai, meski ijazah yang diperiksa Bareskrim itu asli, namun cara perolehannya dipertanyakan.

Hal ini mengemuka dalam perbincangan antara wartawan Arif dan pengamat politik Rocky Gerung diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Senin (22/9/2025).

“Seperti sudah kita duga, kendati Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menyatakan ijazah Jokowi itu asli. Tapi kalau kita amati opini publik ternyata tidak meredakan pertanyaan publik bahkan kecurigaan publik tentang keaslian ijazah itu,” ujar Arif mengawali perbincangan.

Rocky Gerung menegaskan bahwa persoalan ijazah Jokowi saat ini bukan lagi soal pembuktian hukum, melainkan soal keabsahan kepemilikan.

“Saya kira tahap sekarang dari kasus ijazah Jokowi itu bukan lagi soal pembuktian hukum,” kata Rocky.

Ia menambahkan, “Tapi masalah yang lebih dari itu adalah soal apakah sah kepemilikan dari barang yang asli itu. Kan itu intinya.”

Menurut Rocky, fokus perdebatan kini bergeser dari keaslian fisik ijazah menjadi proses di baliknya, termasuk skripsi, pembimbing, dan urut-urutan perolehan ijazah tersebut.

“Ijazah yang asli dimiliki oleh dimiliki dengan cara yang ilegal, dia menjadi delik juga. Ijazah yang palsu dimiliki secara legal juga jadi delik,” jelasnya.

Baca Juga: Roy Suryo 'Sentil' Keras Gibran: Orang Waras Pasti Ragukan Ijazahnya, Desak Mundur dari Kursi Wapres

Publik juga dinilai menganggap temuan Bareskrim sebagai hasil rekayasa, yang mempersulit penilaian proses hukum yang adil.

“Kan yang tumbuh selama ini menganggap bahwa temuan Bareskrim itu adalah hasil rekayasa dan itu justru yang menyebabkan sulit bagi kita, bagi publik maksud saya, bagi masyarakat sipil untuk menilai apakah akan ada proses yang adil terhadap kasus ini,” ucap Rocky.

Ia juga mempertanyakan kapabilitas Bareskrim sebagai satu-satunya laboratorium paling modern untuk deteksi keaslian, menyinggung dua metode pembuktian, verifikasi dan falsifikasi.

“Apakah Bareskrim satu-satunya laboratorium yang paling modern untuk mendeteksi dan membuat kesimpulan saintifik bahwa itu adalah asli? Kan itu tetap harus dipertanyakan,” katanya.

Rocky melihat adanya kepanikan dari pihak Jokowi yang mulai mengancam akan adanya kekacauan jika ijazah itu dipertontonkan.

Ia menilai publik hanya ingin mengetahui kejujuran Jokowi, bukan hanya ijazahnya.

“Yang ingin diketahui publik adalah kejujuran Jokowi, bukan ijazahnya tuh,” tegas Rocky.

Menurutnya, persepsi publik yang terbentuk adalah "Jokowi tukang bohong” karena janji-janji yang tidak terbukti, sehingga apapun yang didalilkan Jokowi kini dianggap bohong.

“Oleh karena itu terbentuk persepsi publik namanya pretek bahwa Jokowi pembohong. Maka apapun yang didalilkan Jokowi justru dianggap bohong,” terangnya.

Mengenai ditariknya kembali ijazah oleh Jokowi, Rocky menyebut hal itu menimbulkan pertanyaan karena ijazah seharusnya menjadi barang bukti yang diperiksa di pengadilan.

“Kan ijazah ini merupakan barang bukti yang harusnya diajukan dan diperiksa di pengadilan,” ujarnya.

Laporan balik oleh Jokowi terhadap pihak yang menuduh ijazahnya palsu juga diprediksi akan meningkatkan tensi politik.

“Maka tensi politik akan meninggi itu karena para pembela Jokowi pasti akan terus-menerus mendampingi Presiden Jokowi di dalam sidang. Lalu kontranya itu mereka yang mendukung para terlapor itu juga akan ada di pengadilan,” kata Rocky.

Ia juga menyoroti bahwa ini akan menjadi kali pertama mantan presiden dipanggil ke pengadilan, yang akan menyita energi Presiden Prabowo.

“Ini pertama kali mantan presiden itu akan dipanggil ke pengadilan dan itu sangat menyita energi dari Pak Prabowo,” prediksinya.

Arif kemudian menanyakan prediksi Rocky terkait kasus ini, apakah laporan Jokowi akan membuat orang takut atau justru semakin berani. Rocky menjawab bahwa kasus ini akan panjang dan dinamis.

“Oh, yang jelas kasus ini akan panjang karena mulai banyak orang yang datang mungkin menawarkan diri menjadi saksi-saksi yang meringankan para para terlapor yaitu Roy CS atau bahkan saksi yang justru memberatkan sang pelapor itu Presiden Jokowi,” jawab Rocky.

Ia menambahkan, dinamika ini beririsan dengan kondisi sosial yang rapuh dan diprediksi akan memicu keributan di ruang sidang, media sosial, hingga satir.

“Satu hal yang mesti kita perhatikan bahwa dinamika ini beririsan dengan kondisi sosial yang rapuh di kita,” katanya.

Lebih lanjut, Rocky menduga akan ada isu lanjutan yang lebih berbahaya, bukan sekadar tentang ijazah, tetapi tentang “keaslian keputusan Mahkamah Konstitusi yang meloloskan Gibran”.

Ia juga memperkirakan isu ini akan berbarengan dengan isu pemakzulan wakil presiden dan isu ekonomi, seperti PHK massal dan jatuh tempo pembayaran bunga utang.

“Demikian juga bulan Juni jatuh tempo bayar bayar bunga utang lapor triliun itu juga akan jadi problem besar,” tutup Rocky, menekankan bahwa semua ini akan mengganggu upaya Presiden Prabowo untuk memulai era ekonomi baru.


Reporter: Safelia Putri

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI