Suara.com - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, berhasil merealisasikan program pembangunan dan aktivasi balai warga sebagai ruang interaksi sosial masyarakat. Salah satunya adalah Balai Rakyat alias Sasana Krida Karang Taruna dan Gelanggang Remaja Kecamatan di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Menurut Pramono, balai warga maupun gelanggang remaja bukan sekadar fasilitas, melainkan jantung komunitas. Ia ingin warga Jakarta, khususnya pemuda, punya ruang untuk mengasah bakat, mengembangkan kreativitas, hingga mempererat solidaritas sosial.
“Saya kaget melihat hasilnya, sungguh membanggakan. Dengan luas lebih dari 200 meter persegi di atas lahan milik pemerintah daerah, seluruh biaya pembangunannya ditanggung oleh prakarsa warga. Saya meminta agar balai warga ini benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan warga tanpa dipungut biaya,” kata Pramono.
Menurutnya, balai warga dibangun di lahan milik Pemprov DKI dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. Balai itu perlu memiliki akses listrik dan air memadai agar mendukung aktivitas warga secara optimal.
“Karena ini adalah balai warga pertama, saya berharap ini dapat menginspirasi wilayah lain di 266 kelurahan di Jakarta,” ujarnya.
Tak hanya di Ciganjur, Pramono juga meluncurkan Program Aktivasi Balai Rakyat di Gelanggang Remaja Kemayoran. Menurutnya, Jakarta punya 35 gelanggang remaja yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
“Di Jakarta, ada 35 Gelanggang Remaja Kecamatan, dan saya sudah meminta kepada wali kota serta kepala dinas terkait—dalam hal ini Dinas Sosial serta Dinas Pemuda dan Olahraga—untuk diaktifkan dan digiatkan. Sebab, fasilitas yang sudah bagus ini sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara baik,” ucapnya.
Pramono berharap, Karang Taruna bisa dilatih hingga mampu menjadi penyelenggara acara profesional. Dengan begitu, kegiatan seni, budaya, hingga olahraga bisa dikerjakan langsung oleh anak muda di balai warga.
“Maka, saya akan meminta kepada pimpinan di tingkat kota agar Karang Taruna ini juga dibina dan diberi pelatihan tentang penyelenggaraan acara (event organizer), serta diberi kesempatan untuk magang. Dengan demikian, jika ada acara-acara musik, teatrikal, puisi, dan sebagainya, Karang Taruna dapat melaksanakannya dengan baik,” jelasnya.
Langkah Pramono mendapat dukungan dari pengamat tata kota, Yayat Supriatna. Menurutnya, balai warga punya peran strategis dalam membangun modal sosial yang semakin sulit tumbuh di kota besar seperti Jakarta.
Baca Juga: Resmikan Kampus di Jakut, Pramono Anung Ultimatum Anak Buah Tak Persulit Perizinan
“Balai warga itu penting dalam konteks membangun modal sosial di Jakarta. Kita tahu ada dua modal. Pertama, modal kapital yang terkait dengan finansial, ekonomi, dan pembiayaan. Kedua, modal sosial. Modal sosial ini penting sebagai cara membangun kepercayaan, kerjasama, kepedulian, saling membantu, dan saling menjaga. Kalau tidak ada ruangnya, akan sulit,” paparnya.
Yayat menambahkan, balai warga juga bisa menjadi ruang komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat. Bahkan, bila dikembangkan dengan sentuhan ekonomi, balai warga bisa lebih hidup dan memberi banyak manfaat bagi komunitas sekitar.
“Di komunitas RW saya, misalnya, kami membuat balai warga menjadi ruang ekonomi. Jadi, sambil diskusi bisa sambil jajan, makan, dan memanfaatkan kreativitas masyarakat untuk mengembangkan ekonomi. Balai warga tidak hanya dipakai untuk rapat-rapat formal, tapi juga bisa untuk kegiatan informal—tempat kongko, makan, belanja, atau kuliner,” ujarnya.
Bagi Yayat, keberadaan balai warga membuat masyarakat lebih aktif dan berdaya. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga balai warga agar selalu terawat dan ramai kegiatan.
“Yang paling penting adalah menjaga balai warga tetap terawat, terjaga, dan hidup. Seperti saya katakan tadi, balai warga menjadi modal sosial—social capital—yang berfungsi sebagai jembatan, ruang dialog, dan tempat interaksi. Di situlah ide-ide dan gagasan lahir," pungkasnya. ***