AI 'Bunuh' Media? Investor Kelas Kakap Justru Ungkap Peluang Emas, Ini Syaratnya

Chandra Iswinarno Suara.Com
Rabu, 22 Oktober 2025 | 21:05 WIB
AI 'Bunuh' Media? Investor Kelas Kakap Justru Ungkap Peluang Emas, Ini Syaratnya
CEO Group GDP Venture, Martin Hartono dan Co-Founder & Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca menjadi pembicara dalam sesi diskusi di ajang Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan tema 'Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital', Rabu (22/10/2025). [Dok]
Baca 10 detik
  • Investor masih sangat tertarik berinvestasi di industri media era AI.

  • Inovasi, keunikan, dan visi founder menjadi syarat utama menarik pendanaan.

  • Media harus beradaptasi dari SEO ke AI Optimization untuk tetap relevan.

Suara.com - Di tengah gempuran Artificial Intelligence (AI) yang secara fundamental mendisrupsi industri media, para investor kelas kakap justru melihat peluang emas.

Mereka menegaskan sektor media masih sangat menjanjikan untuk pertumbuhan, asalkan mampu beradaptasi dan memiliki nilai yang kuat.

Pandangan ini terungkap dalam sesi diskusi di ajang Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan tema 'Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital', Rabu (22/10/2025).

Co-Founder & Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, menegaskan bahwa media tetap menjadi sektor investasi yang penting, terutama karena perannya dalam meningkatkan literasi dan edukasi publik.

"Tujuan kami investasi di media itu salah satunya karena ada sektor edukasinya. Media juga memiliki niche-nya masing-masing," ujar Willson.

Ia menjelaskan bahwa tren industri kini bergeser. Media tidak bisa lagi hanya bergantung pada Search Engine Optimization (SEO), tetapi harus mulai beralih ke AI Optimization.

Hal ini mencakup bagaimana teknologi AI digunakan dalam kurasi, distribusi, hingga personalisasi konten.

"Media itu harus terus berinovasi, nanti juga terlihat arahnya seperti apa. Harus mencoba teknologi baru. Yang penting harus ada keunikan dari media tersebut yang belum dimiliki media-media yang ada," katanya.

Selain adaptasi teknologi, integritas dan visi pendiri menjadi faktor penentu. Willson menekankan bahwa investor mencari founder yang tidak hanya mengejar valuasi.

Baca Juga: Google AI Overview Dinilai Curangi Media, Dilaporkan Organisasi Pers Eropa

"Foundernya harus visioner, tidak hanya mengejar uang. Karena pada akhirnya, nilai dan visi yang kuat itulah yang membuat media bertahan,” katanya.

Pandangan serupa disampaikan oleh CEO Group GDP Venture, Martin Hartono.

Ia menyatakan komitmennya untuk terus mendukung pertumbuhan industri media di Indonesia, tanpa membedakan skala lokal atau nasional.

"Investor juga tidak memilih akan berinvestasi di media lokal atau nasional. Yang penting segmentasi dan inovasi media tersebut menarik. Kami masih berkomitmen investasi di media," katanya.

Bagi Martin, kemampuan sebuah organisasi media untuk mengeksekusi visi dan memberikan dampak sosial yang positif adalah kuncinya.

"Kuncinya adalah kemampuan untuk bisa membawa visi dan misinya serta membangun tim yang baik. Kemudian konten yang mendidik untuk membangun kesejahteraan negara. Karena kalau negara sejahtera, bisnis juga membaik," ujarnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI