Tinggi Gula, Mendagri Tito Ajak Masyarakat Tinggalkan Konsumsi Beras: Saya Sudah Lakukan

Senin, 27 Oktober 2025 | 11:22 WIB
Tinggi Gula, Mendagri Tito Ajak Masyarakat Tinggalkan Konsumsi Beras: Saya Sudah Lakukan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/10/2025). (Suara.com/Fakhri)
Baca 10 detik
  • Tito mengatakan komoditas pangan pokok itu lebih berbahaya bagi kesehatan karena tinggi kandungan gula.
  • Menurutnya peralihan konsumsi beras putih ini bisa digencarkan di wilayah Indonesia timur atau zona tiga.
  • Tito menyebut, pangan lokal seperti keladi, talas, papeda, hingga ubi jalar atau petatas lebih sehat dibanding nasi putih.

Suara.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengajak masyarakat untuk mulai mengurangi ketergantungan terhadap beras, terutama beras putih.

Menurutnya, komoditas pangan pokok itu lebih berbahaya bagi kesehatan karena tinggi kandungan gula.

Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah Dirangkaikan dengan Program Koperasi Desa Merah Putih dan Program Tiga Juta Rumah bersama Sekretaris Daerah (Sekda) se-Indonesia di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/10/2025).

Tito mengatakan, peralihan konsumsi beras putih ini bisa digencarkan di wilayah Indonesia timur atau zona tiga. Apalagi, harga beras di kawasan itu kerap tinggi karena persoalan distribusi.

Selain itu, Indonesia timur merupakan penghasil berbagai bahan pangan pengganti beras.

“Memang betul harga-harga yang cukup tinggi karena distribusi. Yang sulit di Papua misalnya, dan di pulau-pulau. Tapi di Papua diuntungkan, makanya tolong teman-teman yang di daerah Indonesia Timur, tolonglah, gerakkan pangan lokal. Yang lebih melimpah. Ada keladi, ada papeda, ada talas, petatas,” ujarnya.

Tito menyebut, pangan lokal seperti keladi, talas, papeda, hingga ubi jalar atau petatas lebih sehat dibanding nasi putih.

“Itu lebih sehat daripada nasi putih. Nasi putih terlalu banyak gulanya. Jadi itu lebih sehat,” ucapnya.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/10/2025). (Suara.com/Fakhri)
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/10/2025). (Suara.com/Fakhri)

Meski begitu, Tito menyayangkan masih adanya anggapan konsumsi pangan lokal merupakan kebiasaan kelas bawah. Padahal, kata dia, banyak masyarakat perkotaan yang kini sudah mulai beralih ke bahan makanan non-beras putih.

Baca Juga: Pemda Diminta Mendagri Percepat Penyaluran Beras SPHP Lewat Tujuh Kanal

“Cuma yang kadang-kadang dianggap kalau yang makan itu kelas bawah. Enggak juga. Orang kota sekarang banyak yang makan non-beras putih,” katanya.

Tito bahkan mengaku sudah mempraktikkan pola makan non-beras tersebut dalam kesehariannya.

“Tadi saja saya makan pagi karena dikasih beras kuning. Biasanya makannya keladi juga, dipotong tiap pagi. Sama talas,” ungkapnya.

"Silakan dicek di tempat saya juga. Ajudan saya tahu persis. Kalau ke kantor, keladi yang direbus, dipotong-potong, gantikan nasi putih, karena gulanya lebih rendah,” pungkasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI