“Ketika kualitas udara menurun, keputusan harus berbasis bukti, bukan perkiraan. Karena itu, keakuratan data menjadi hal yang sangat krusial,” tegasnya.
Edward menambahkan, KLHK kini tengah memperluas cakupan pemantauan di daerah dengan tingkat polusi tinggi melalui integrasi jaringan hybrid yang menggabungkan data dari stasiun referensi milik pemerintah daerah, BMKG, sektor swasta, dan lembaga penelitian.
“Dengan sistem terintegrasi ini, pemantauan dapat dilakukan secara real-time dan memberikan gambaran kualitas udara yang lebih komprehensif di tingkat regional,” ujarnya.
Dari sisi masyarakat, kehadiran jaringan pemantauan yang luas dan transparan mendapat sambutan positif.
Rina (32), warga Kramat Jati, mengaku data kualitas udara yang valid sangat membantu dalam mengatur aktivitas keluarga. “Kalau tahu udara sedang buruk, saya bisa atur kegiatan anak supaya tidak main di luar terlalu lama. Data seperti ini penting banget buat warga,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Adam (33), pekerja di kawasan Sudirman, yang rutin memantau kualitas udara sebelum berangkat kerja. “Sekarang lebih mudah karena bisa lihat kondisi udara langsung dari ponsel. Kalau indeksnya tinggi, saya langsung siapin masker dari rumah,” katanya. ***