Geger Utang Whoosh, Bunga Pinjaman China Disebut 20 Kali Lipat Lebih Ganas dari Jepang

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 28 Oktober 2025 | 12:43 WIB
Geger Utang Whoosh, Bunga Pinjaman China Disebut 20 Kali Lipat Lebih Ganas dari Jepang
Replika Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Rabu (22/10/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Proyek Kereta Cepat Whoosh diindikasikan mengalami masalah keuangan, menurut Pengamat Ekonomi Anthony Budiawan
  • Meski nilai investasi awal lebih rendah, pinjaman dari China memiliki bunga 2,0%, atau 20 kali lebih tinggi dari tawaran Jepang yang hanya 0,1%
  • Jika biaya bunga selama 10 tahun dihitung, total biaya proyek dari Jepang menjadi jauh lebih murah (bunga USD 46 juta) dibandingkan China (bunga USD 825 juta)

Suara.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kini diterpa isu masalah keuangan yang serius. Seorang pengamat ekonomi mengungkap fakta mengejutkan bahwa pinjaman dari China untuk proyek strategis nasional ini ternyata jauh lebih mahal dibandingkan tawaran awal dari Jepang, terutama jika komponen bunga dihitung.

Pengamat Ekonomi, Anthony Budiawan, menyatakan bahwa indikasi masalah keuangan sudah terlihat dari struktur pembiayaan proyek itu sendiri. Menurutnya, jika proyek ini sehat secara finansial, PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) seharusnya mampu membiayainya secara mandiri.

“Kalau dia tidak bermasalah, maka ini bisa dibiayai KCIC," ujar Anthony Budiawan dikutip dari tayangan program Rakyat Bersuara di iNews, baru-baru ini.

Jebakan Bunga di Balik Angka Investasi Rendah

Anthony membeberkan perbandingan rinci antara proposal yang diajukan Jepang dan China. Awalnya, China terlihat lebih menarik karena menawarkan nilai investasi yang lebih rendah, yaitu USD 5,5 miliar, dibandingkan Jepang yang mengajukan USD 6,2 miliar. Angka inilah yang menjadi salah satu alasan pemerintah beralih ke China.

"Nah, katanya dipilih. Tapi, kita lihat pembiayaan sekitar 75 persen. Dua-duanya mengatakan 75 persen," ucapnya.

Namun, di balik angka investasi yang lebih rendah itu, terdapat perbedaan suku bunga yang sangat drastis. Jepang hanya menawarkan bunga sebesar 0,1 persen per tahun, sementara China mematok bunga 20 kali lipat lebih tinggi, yakni 2,0 persen.

"Dengan bunga per tahun 0,1 persen dan China 2,0 atau 2 persen. Kalau kita bicara 20 kali lipat. China lebih mahal. Artinya, dalam setahun (bunga Jepang) USD 4,65 juta. China 20 kali lipat yaitu USD 82,5 juta. Bunga dalam 10 tahun 46 juta untuk Jepang dan 825 juta untuk China," sambungnya.

Menurut Anthony, komponen bunga yang sangat besar ini seharusnya dihitung sebagai bagian dari total biaya proyek. Ia menegaskan bahwa dalam evaluasi proyek manapun, bunga pinjaman harus diperhitungkan karena merupakan kewajiban yang harus dibayar.

Baca Juga: Luhut Sebut Whoosh 'Busuk' Sejak Awal, Said Didu Heran: Kenapa Kebusukan Itu Tidak Dihentikan?

"Karena bunga harus dibayar dan kita fix bunga dibayar 10 tahun tetap. Karena kita grace period. Tidak bayar cicilan. Jadi mudah sekali untuk dihitung. Jadi kalau kita bilang biaya proyek plus bunga 10 tahun, maka Jepang lebih murah," ujarnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI