Belasan Anak Dikira Terlibat Kerusuhan di DPRD Cirebon, Menteri PPPA Ungkap Fakta Sebenarnya!

Rabu, 29 Oktober 2025 | 14:46 WIB
Belasan Anak Dikira Terlibat Kerusuhan di DPRD Cirebon, Menteri PPPA Ungkap Fakta Sebenarnya!
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi. [Ist]
Baca 10 detik
  • KemenPPPA memastikan belasan anak yang sempat ditangkap karena diduga terlibat kerusuhan di DPRD Cirebon dibebaskan dari tuntutan hukum.

  • Menteri PPPA Arifah Fauzi menyebut anak-anak itu tidak berniat ikut demo, melainkan terprovokasi oleh ajakan teman dan siaran TikTok Live.

  • Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana provokasi digital dapat menyeret anak-anak ke situasi berisiko tanpa mereka memahami konteksnya.

Suara.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) memastikan belasan anak yang sempat ditangkap karena disangka terlibat dalam kerusuhan di Gedung DPRD Kabupaten Cirebon pada akhir Agustus lalu dipastikan bebas dari tuntutan hukum. 

Menteri PPPA Arifah Fauzi mengungkapkan kalau anak-anak itu mulanya sempat akan diperkarakan oleh Ketua DPRD Cirebon karena disangka ikut dalam kerusuhan dan mencuri barang-barang dari gedung. 

Namun, setelah dilakukan pendalaman, Arifah memastikan kalau anak-anak tersebut tidak terlibat sebagai pelaku pembakaran juga penjarahan.

"Yang mengajukan untuk diproses secara hukum, kalau gak salah, ketua DPRD. Tapi setelah kita negosiasi, kita menceritakan apa adanya, akhirnya tidak jadi. Ketua DPRD tidak jadi menuntut karena tahu bahwa anak-anaknya sebetulnya tidak punya niatan untuk melakukan itu," ucap Arifah saat memaparkan capaian 1 tahun Kementeria PPPA, Rabu (29/10/2025).

Arifah mengungkapkan kalau dirinya bertemu langsung dengan anak-anak yang sempat diamankan tersebut. Dari hasil pendampingan dan klarifikasi di lapangan, anak-anak itu awalnya tidak berniat ikut demonstrasi. Mereka hanya mengikuti ajakan teman atau menonton keramaian setelah melihat siaran langsung demo di TikTok.

“Anak-anak itu terprovokasi dari gadget. Ada yang sedang beli pulsa lalu diajak temannya untuk nonton demo. Ada juga yang melihat TikTok Live dan ikut datang ke lokasi. Begitu sampai, gedungnya sudah terbakar,” kata Arifah.

Sebagian anak kemudian terseret situasi tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya melihat banyak orang mengeluarkan barang-barang dari gedung yang sudah terbakar dan diminta ikut membawa oleh orang dewasa yang tidak dikenal.

“Satu anak cerita, dia disuruh bapak-bapak bawa kursi. Dia bilang rumahnya kecil, tapi orang itu bilang, ‘gak apa-apa, yang penting bawa aja’. Ketika baru mau taruh di motor, sudah ada yang nawar Rp100 ribu. Uangnya hanya dipakai untuk jajan,” tutur Arifah.

Kejadian serupa dialami anak lain yang disuruh membawa TV monitor dari lokasi kejadian. Saat baru akan membawa barang itu dengan motor, kembali ada orang yang menawar untuk membeli.

Baca Juga: Ajak Anak Muda Berpikir Kritis, Hasto: Tantangan Apa yang Harus Kita Jawab...

Menurut Arifah, kasus ini menjadi contoh nyata dampak provokasi digital terhadap anak-anak, yang dengan mudah terseret situasi tanpa memahami konteksnya. Ia menegaskan bahwa anak-anak tersebut tidak memahami isi demonstrasi maupun penyebab kerusuhan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI