-
Seorang warga Baduy korban begal ditolak rumah sakit karena tidak memiliki KTP.
-
Menko PMK Pratikno berjanji akan menelusuri kasus dan berkoordinasi dengan Kemendagri.
-
Korban akhirnya dirawat setelah dibantu kenalannya, kasus kini ditangani oleh pihak kepolisian.
Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno, menyatakan akan menindaklanjuti kasus yang menimpa Repan, seorang warga Baduy Dalam yang menjadi korban pembegalan namun ditolak oleh rumah sakit karena tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Ya Allah, kami lacak ya. Kami akan bicarakan dengan Kemendagri," kata Pratikno di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/11/2025), seraya menegaskan akan berkoordinasi terkait penerbitan KTP bagi masyarakat adat.
Peristiwa ini bermula ketika Repan, yang sedang berjualan madu, menjadi korban pembegalan di Cempaka Putih, Jakarta, pada 26 Oktober 2025. Ia mengalami luka bacok serius di tangan kirinya saat mencoba melawan empat orang pelaku.
Kepala Desa Kanekes, Oom, membenarkan kejadian tersebut. Ia menceritakan bahwa setelah diserang, Repan yang terluka parah mencoba mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat.
"Setelah dibacok, korban mendatangi rumah sakit, tetapi tidak ditangani karena saat ditanya KTP, dia tidak punya, karena kan orang Baduy Dalam," ujar Oom, Selasa (4/11/2025).
Merasa tidak mendapat pertolongan, Repan terpaksa berjalan kaki dari Cempaka Putih ke Tanjung Duren untuk menemui seorang kenalannya. Dalam kondisi menahan sakit dan nyaris kehabisan darah, ia akhirnya dibantu oleh kenalannya tersebut untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit lain.
Akibat insiden ini, Repan tidak hanya menderita luka bacokan yang membutuhkan 10 jahitan, tetapi juga kehilangan uang hasil penjualan madu sebesar Rp3 juta, 10 botol madu, dan sebuah ponsel.
Kasus ini telah dilaporkan ke Polsek Cempaka Putih dan saat ini sedang dalam penanganan pihak kepolisian. Oom berharap para pelaku dapat segera ditangkap untuk memberikan rasa aman bagi warga Baduy lainnya yang beraktivitas di Jakarta.
Baca Juga: Jerit Pilu dari Pedalaman: Remaja Badui Dibegal Celurit di Jakarta, Tokoh Adat Murka