Ganti Kapolri Bukan Solusi, Pengamat Ungkap 'Penyakit' Polri: Butuh Reformasi Budaya

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 01 Desember 2025 | 18:21 WIB
Ganti Kapolri Bukan Solusi, Pengamat Ungkap 'Penyakit' Polri: Butuh Reformasi Budaya
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas. (Ist)
Baca 10 detik
  • Fernando Emas menilai pembenahan institusi Polri harus fokus pada Reformasi Budaya, bukan sekadar reposisi atau pergantian pucuk pimpinan.
  • Reformasi budaya harus menargetkan perbaikan enam hal mendasar termasuk transparansi rekrutmen dan penindakan tegas pelanggaran internal.
  • Apresiasi diberikan kepada Kapolri atas pembentukan Tim Transformasi untuk mengidentifikasi masalah demi langkah perbaikan yang strategis.

Peningkatan Kecepatan Layanan. Respons cepat (quick response time) menjadi sorotan krusial. Munculnya anggapan di masyarakat bahwa "Pemadam Kebakaran lebih cepat pelayanannya dibandingkan Polisi" harus menjadi pelecut bagi Polri untuk memperbaiki kecepatan layanan dalam mengayomi, melindungi, dan melayani.

Penguatan Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah tolak ukur tata kelola yang baik. Hal ini harus menjadi prioritas utama yang dijalankan secara serius oleh Polri di semua tingkatan.

Perbaikan Moral Personel. Hal paling mendasar adalah perbaikan moral seluruh personel. Setiap jajaran Polri harus memiliki niat dan semangat yang sama untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat serta menjaga marwah institusi.

Fernando kembali mengingatkan bahwa semangat untuk memperbaiki Polri harus didasari oleh niat yang tulus.

"Jangan sampai ada agenda tersembunyi yang bisa berdampak terhadap pelemahan dan merusak Polri," katanya.

"Polri butuh reformasi budaya bukan reposisi atau sekedar ganti Kapolri," tambah dia.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI