- Kebakaran di permukiman padat Jakarta sering dipicu oleh korsleting listrik dan kelalaian manusia warga setempat.
- Pengamat tata kota menyoroti minimnya pemahaman warga tentang sistem kelistrikan cadangan otomatis dan MCB.
- Pemasangan instalasi listrik non-standar, pencurian listrik, dan penggunaan alat elektronik berlebihan pemicu utama.
Suara.com - Masalah kebakaran di permukiman padat penduduk Jakarta seolah menjadi momok yang tak kunjung usai.
Peristiwa kebakaran yang kerap menghanguskan puluhan hingga ratusan rumah seringkali dipicu oleh faktor korsleting listrik hingga kelalaian manusia.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna, menyoroti secara tajam mengenai penyebab utama kebakaran di tingkat lingkungan warga.
Menurutnya, pemahaman warga terhadap sistem keamanan kelistrikan masih sangat minim.
Yayat menyebutkan bahwa seharusnya warga sadar akan pentingnya sistem cadangan otomatis.
"Kalau kebakaran di tingkat lingkungan warga, kalau listrik itu merupakan penyebab utama, harusnya sejak awal warga tahu bahwa sistem kelistrikan itu mempunyai namanya backup system untuk automatic kalau terjadi korsleting, kebakaran," ujar Yayat Supriatna dalam keterangannya kepada Suara.com, Rabu (17/12/2025).
Sistem pengamanan seperti MCB (Miniature Circuit Breaker) dinilai krusial untuk mencegah beban berlebih.
"Kalau misalnya sistem pengamanannya bagus, dia punya MCB, punya meteran yang bisa otomatis mati kalau kelebihan beban," lanjutnya.
Namun, Yayat menyayangkan adanya praktik pragmatisme di masyarakat yang ingin serba mudah dan murah.
Baca Juga: Polisi Sebut Ruko Terra Drone Tak Dirawat Rutin, Tanggung Jawab Ada di Penyewa
Ia menyoroti kualitas pemasangan instalasi yang seringkali tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Yang menjadi masalah sekarang adalah, di pemukiman itu pemasangannya sudah bener atau tidak. Kedua, instalasinya dipasang oleh orang yang tepat atau tidak. Kemudian juga harus diingat lagi, standarnya memenuhi standar SNI atau tidak," tegas Yayat.
Lebih parah lagi, Yayat menggunakan istilah unik untuk menggambarkan perilaku pencurian listrik yang membahayakan. Ia menyebut fenomena ini dengan istilah 'Spanyol'.
"Misalnya listriknya 'Spanyol', separuh nyolong. Bahan-bahannya kemudian sudah rusak atau terganggu, digigit pengerat, tikus dan sebagainya," ungkapnya.
Selain pencurian listrik, penggunaan alat elektronik secara berlebihan tanpa henti juga menjadi pemicu fatal.
Yayat memberikan contoh sederhana mengenai penggunaan kipas angin yang menyala seharian penuh.