Kardinal Suharyo Serukan Tobat Ekologis: Dari Pejabat Korup hingga Sampah Makanan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:00 WIB
Kardinal Suharyo Serukan Tobat Ekologis: Dari Pejabat Korup hingga Sampah Makanan
Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo. (Suara.com/Lilis)
Baca 10 detik
  • Kardinal Ignatius Suharyo menyerukan tobat ekologis dalam Misa Natal, 25 Desember 2025, di Jakarta.
  • Ia mengaitkan korupsi dan kerusakan lingkungan dengan krisis pertobatan batin bangsa Indonesia saat ini.
  • Gerakan tobat ekologis akan digalakkan Keuskupan Agung Jakarta mulai tahun 2026 dengan tindakan nyata.

Suara.com - Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, menyerukan pentingnya tobat ekologis sebagai bagian dari pertobatan menyeluruh bangsa.

Seruan itu disampaikannya usai memimpin Misa Pontifikal Hari Raya Natal di Gereja Katedral Jakarta, Kamis (25/12/2025).

Kardinal menilai, berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini, mulai dari maraknya kasus korupsi hingga kerusakan lingkungan, berakar pada krisis pertobatan batin.

Ia menyinggung rentetan pemberitaan penangkapan kepala daerah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tanda bahwa jabatan publik kerap tidak digunakan untuk kebaikan bersama.

"Kalau sekarang kita membaca berita-berita, melihat televisi hari-hari ini, sudah sekian kali kita membaca berita bupati ini ditangkap KPK, gubernur itu, dan sebagainya," kata Kardinal dalam konferensi pers di Gereha Katedral, Jakarta, Kamis (25/12/2025).

"Ini kan artinya jabatannya tidak untuk mewujudkan kebaikan bersama, dia harus bertobat," kata dia.

Ia mengungkapkan, pada akhir Agustus lalu dirinya secara terbuka menyampaikan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan pertobatan nasional.

Pertobatan tersebut, menurutnya, bukan sekadar wacana moral, melainkan upaya mengembalikan arah hidup berbangsa sesuai cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

"Dasarnya adalah pertobatan batin, memuliakan Allah, dan membaktikan hidup bagi Tuhan. Dan bagi Tuhan itu artinya bagi tanah air, bagi sesama bangsa," ucapnya.

Baca Juga: Rawat Tradisi Lung Tinulung, HS dan Musisi Jogja Galang Donasi untuk Korban Bencana Sumatera

Dalam konteks itulah, Keuskupan Agung Jakarta akan memberi perhatian khusus pada isu tanggung jawab menjaga lingkungan hidup mulai tahun 2026. Kardinal Suharyo menyebutnya sebagai gerakan tobat ekologis yang akan terus didengungkan.

Tobat ekologis, menurut Kardinal, menyentuh seluruh wilayah kehidupan manusia, termasuk kebiasaan-kebiasaan kecil yang selama ini dianggap sepele.

Ia mencontohkan penggunaan pesawat terbang yang menghasilkan emisi karbon tinggi dan berkontribusi pada kerusakan lingkungan.

Petugas Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi Aceh mengambil sampel kayu gelondongan yang terbawa arus luapan Sungai Tamiang, di area pasantren Islam Terpadu Darul Mukhlishin, Desa Tanjung Karang, Aceh Tamiang, Aceh, Jumat (19/12/2025). [ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nym]
Petugas Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi Aceh mengambil sampel kayu gelondongan yang terbawa arus luapan Sungai Tamiang, di area pasantren Islam Terpadu Darul Mukhlishin, Desa Tanjung Karang, Aceh Tamiang, Aceh, Jumat (19/12/2025). [ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nym]

"Pertobatan ekologisnya adalah ketika saya membayar naik pesawat terbang Rp 1 juta, 10 persen nanti disisihkan dalam suatu pos dana untuk memulihkan kerusakan lingkungan hidup," jelas Kardinal.

Selain itu, Kardinal juga menyoroti persoalan sampah makanan yang masih tinggi di Indonesia. Ia mengingatkan, kebiasaan mengambil makanan secara berlebihan lalu membuangnya merupakan bentuk ketidakpedulian ekologis.

"Kalau ambil makanan ya jangan semau-mau matanya, tetapi diambil secukupnya supaya tidak menyisakan sampah. Itu pertobatan ekologis," pesannya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI