Inovasi Urban Farming Keluarga, Agar Peternak Kecil Tidak Tergilas 'Oligarki Ayam'

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Selasa, 25 November 2025 | 13:50 WIB
Inovasi Urban Farming Keluarga, Agar Peternak Kecil Tidak Tergilas 'Oligarki Ayam'
Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Dyah Maharani, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM. (Suara.com/Foto dok. Pribadi)
Baca 10 detik
  • Pemerintah mengalokasikan kredit Rp20 triliun untuk pengembangan peternakan ayam demi mencapai kemandirian pangan nasional.
  • Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kapasitas produksi, menstabilkan harga, mendukung program makan bergizi, dan mengurangi impor bahan pangan.
  • Program ini memerlukan pengawasan ketat serta prioritas pada peternak kecil dan UMKM untuk menghindari risiko penyimpangan dana.

Ketiga, berikan pendampingan teknis dan pelatihan manajemen. Modal saja tidak cukup, peternak perlu peningkatan kapasitas terkait manajemen usaha, kesehatan ternak, teknologi pakan, hingga pemasaran.

Keempat, bangun rantai pasok dan infrastruktur terpadu. Mulai dari pasokan bibit unggul, pakan, fasilitas sapronak, hingga distribusi, agar hasil produksi tidak menumpuk (over supply) dan dapat terserap pasar secara optimal.

Kelima, jaga diversifikasi protein hewani. Meskipun ayam menjadi fokus utama, pemerintah tetap perlu menjaga keseimbangan dengan mendukung subsektor pangan lainnya agar ketahanan pangan tetap beragam dan berkelanjutan.

Model Family Urban Farming

Selain pemberian kredit untuk sektor peternakan skala besar, pemerintah juga dapat mendorong model family urban farming, misalnya beternak ayam petelur di lingkungan rumah tangga perkotaan.

Ilustrasi peternak ayam. [Freepik.com/jcomp]
Ilustrasi peternak ayam. [Freepik.com/jcomp]

Program ini dapat dirancang sebagai pola usaha mikro keluarga yang tidak hanya menyediakan sumber protein hewani harian untuk konsumsi sendiri, tetapi juga memberi peluang pendapatan tambahan dari penjualan surplus produksi.

Dengan bantuan modal kecil, bibit unggas yang tersertifikasi, pelatihan teknis, serta pendampingan sanitasi lingkungan, keluarga perkotaan dapat mengelola mini kandang ayam petelur yang higienis, terukur, dan ramah lingkungan.

Hasil produksi yang tidak dikonsumsi dapat dijual melalui koperasi tingkat kelurahan misalnya, sehingga tercipta ekosistem usaha yang saling mendukung antara rumah tangga, koperasi (penyedia Sarana Produksi Peternakan (sapronak) dan pendamping pengelolaan usaha) dan pasar lokal.

Model ini memiliki beberapa manfaat sekaligus, di antaranya:

Baca Juga: Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG

  1. Memperkuat ketahanan pangan keluarga secara langsung.
  2. Menciptakan sumber penghasilan tambahan dengan risiko usaha rendah.
  3. Memperluas basis produksi pangan nasional hingga ke akar rumput.
  4. Membangun budaya kemandirian dan produktivitas di masyarakat perkotaan.

Dengan pendekatan ini, program kredit Rp20 triliun tidak hanya menguatkan industri peternakan nasional berskala besar, tetapi juga mampu memberdayakan masyarakat level bawah, memperkuat ekonomi keluarga, dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai pangan dari luar daerah.

Program ini sekaligus dapat menjadi sarana edukasi bagi keluarga dan anak-anak untuk memahami pentingnya kemandirian pangan dan pola konsumsi sehat sejak dini.

Prof. Ir. Dyah Maharani, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM
Guru Besar Fakultas Peternakan UGM dan Pengurus ARPENAS.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI