Interior Suzuki Karimun Wagon R mendobrak stereotype mobil murah dengan tampilan dashboard yang eye-catching dan fungsional. Penggunaan material fabric bercorak dengan warna kalem menciptakan nuansa elegan, didukung panel cluster meter yang sporty. Fitur-fitur seperti AC, headroom tinggi, dan legroom lega semakin memantapkan posisinya sebagai LCGC premium.
Mengapa Harus Berakhir?
Penurunan penjualan menjadi faktor utama "suntik mati" Karimun. Dari puncak penjualan 17.068 unit pada 2014, angka ini terus menurun hingga hanya 1.772 unit pada 2021. Beberapa faktor penyebabnya meliputi:
- Desain yang terlalu sederhana dan kurang modern
- Fitur yang kalah bersaing dengan kompetitor
- Persaingan ketat di segmen LCGC
- Perubahan selera konsumen
Metamorfosis Menjadi Mobil Buruan Modifikator
Menariknya, setelah discontinue, Karimun justru mengalami transformasi menjadi mobil culture yang populer di kalangan para modifikator. Harganya yang terjangkau dibanding motor sport 150cc membuatnya menjadi "kanvas" modifikasi yang menarik. Komunitas modifikasi menemukan potensi besar dalam mengekspresikan kreativitas mereka melalui Karimun, terutama generasi "kotak".
Warisan dan Masa Depan
Meski tidak lagi diproduksi, Suzuki Karimun meninggalkan warisan sebagai pionir mobil kompak di Indonesia. Ketersediaan suku cadang yang melimpah dan kemudahan perawatan membuatnya tetap menjadi pilihan menarik bagi penggemar mobil kultur. Namun, bagi calon pembeli mobil pertama, perlu pertimbangan matang mengingat usianya yang tidak lagi muda.