Lantas, bagaimana nasib Honda ke depan? Jawabannya terletak pada kecepatan adaptasi.
Seperti filosofi kungfu kuno: yang terkuat bukanlah yang paling keras, tapi yang paling adaptif. Honda telah menunjukkan tekad baja dengan investasi besar-besaran di teknologi listrik.
Namun, di arena yang dipenuhi 'naga-naga' teknologi lokal China, mereka harus berlari lebih cepat, berpikir lebih kreatif, dan berinovasi lebih berani.
Satu hal yang pasti: pertarungan di pasar otomotif China bukan lagi soal merek atau warisan sejarah.
Ini adalah pertarungan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan inovasi. Dan Honda, dengan segala pengalamannya, sedang berusaha membuktikan bahwa raksasa pun bisa belajar menari mengikuti irama baru.
Menariknya, transformasi Honda ini mungkin menjadi blueprint bagi produsen mobil tradisional lainnya.
Pesan moralnya sederhana namun kuat: beradaptasi atau tersingkir.
Di era di mana mobil bukan lagi sekadar alat transportasi tapi komputer beroda, keberanian untuk berubah total mungkin adalah satu-satunya jalan untuk bertahan hidup.
Akankah nantinya Honda bakal dikangkangi oleh produsen asal Tiongkok BYD di masa depan? Nantikan kisah selanjutnya.
Baca Juga: Honda Ramadan Istimewa Spesial di Bulan Maret, BeAT Hingga PCX Dapat Potongan Harga