Pendekatan fleksibel seperti ini dinilai baik selama tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan bersama.
Iktikaf Sambil Belanja Online, Bolehkah?
Fenomena lain yang menjadi perbincangan adalah kebiasaan berbelanja online saat beriktikaf. Beberapa jamaah memanfaatkan diskon besar dari platform e-commerce seperti Shopee atau Tokopedia di tengah iktikaf mereka.
Menanggapi hal ini, Qaem menekankan bahwa iktikaf mengajarkan umat Islam untuk melepaskan diri dari kesibukan duniawi.
“Kalau buka Shopee untuk cari diskon, itu jelas mengalihkan fokus dari ibadah. Iktikaf itu momen mengendalikan diri, bukan malah terjebak pada hal-hal materi,” katanya.
Mengajak Anak Iktikaf, Haruskah Dibatasi?
Beberapa orang tua membawa anak-anak mereka beriktikaf di masjid agar terbiasa dengan suasana ibadah.
Namun, tak jarang anak-anak justru bermain game atau bercanda, sehingga mengganggu jamaah lain. Qaem menyambut baik niat mendidik anak beribadah sejak dini, tetapi ia menekankan pentingnya bimbingan orang tua.
"Bawa anak ke masjid untuk iktikaf boleh, bahkan dianjurkan sebagai tarbiah. Tapi, pastikan mereka tidak mengganggu jamaah lain.
Baca Juga: Santuni Anak Yatim, Ketua KWP: Kami Ingin Berkontribusi Nyata
Kalau anak rewel atau malah main game, lebih baik sesuaikan durasinya, misalnya dua-tiga jam saja untuk membiasakan mereka," sarannya.
Fokus pada Esensi Iktikaf
Qaem menutup penjelasannya dengan menegaskan bahwa iktikaf idealnya dilakukan di masjid sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Fokus utama adalah meningkatkan ketakwaan dan menjauhkan diri dari distraksi duniawi.
“Iktikaf bukan sekadar duduk di masjid, tapi soal meninggalkan kesibukan duniawi dan memaksimalkan ibadah. Pilihan terbaik adalah ke masjid, fokus ibadah, dan meninggalkan hal-hal yang tidak mendesak. Itulah yang dicontohkan Nabi,” pungkasnya.