KIsah Apriyani Rahayu: Meniti Karier Bermodal Raket Kayu, Kini Kampiun Olimpiade

Arief Apriadi Suara.Com
Senin, 02 Agustus 2021 | 16:09 WIB
KIsah Apriyani Rahayu: Meniti Karier Bermodal Raket Kayu, Kini Kampiun Olimpiade
Pebulutangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii (kiri) dan Apriyani Rahayu berpelukan setelah mereka berhasil meraih untuk nomor bulutangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apriyani Rahayu bersama sang partner, Greysia Polii, berhasil merengkuh medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dengan mengalahkan wakil China, Cheng Qing Chen/Jia Yi Fan di laga final, Senin (2/8/2021).

Dalam pertandingan final di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, Greysia/Apriyani membungkam pasangan ranking tiga dunia itu dalam dua gim langsung, 21-19, 21-15.

Namun siapa sangka, sebelum menaiki podium tertinggi event olahraga paling prestisius di dunia itu, Apriyani Rahayu sempat melewati jalan begitu terjal sebagai pebulutangkis.

Dia berjuang meraih mimpi di tengah keterbatasan ekonomi, sebagaimana diceritakannya saat menjalani wawancara dengan PBSI via Live Instagram, 25 Juli 2020 lalu.

Perempuan kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara itu berasal dari keluarga sederhana. Semasa kecil, dia bahkan kesulitan untuk bisa membeli raket.

Demi mengakomodasi minat Apriyani terhadap bulutangkis, ayahnya membuat raket sendiri yang bahan-bahannya berasal dari kayu dan papan.

"Jadi ayah saya saat itu belum bisa membelikan saya raket. Lalu dia buatkan raket dari kayu. Kayu sebagai gagangnya dan ada (papan) yang dibuat bulat begitu," kenang Apriyani.

"Ayah saya memang agak pintar kalau buat-buat benda seperti itu. Ada saja dia," tambahnya.

Raket papan itu pada akhirnya jadi gerbang pembuka bagi Apriyani untuk menata karier lebih serius di dunia bulutangkis.

Baca Juga: Jalan Terjal Greysia Polii Rebut Emas Olimpiade: 3 Edisi, 3 Partner, dan Hampir Pensiun

Ayahnya yang melihat kesungguhan anaknya itu, pada akhirnya tak tega dan membelikan Apriyani sebuah raket sungguhan.

"Saya dulu pernah ada raket satu, saya masih ingat merknya Astec. Tipenya saya tidak tahu, tapi warnanya biru," jelas Apriyani.

"Setiap senarnya putus itu, saya tidak ganti, tapi saya ikat ulang agar bisa tersambung lagi. Setiap saya tidur, saya peluk itu raket walaupun saya tidak tahu alasannya kenapa."

Apri mengaku awalnya tak pernah berpikir untuk bisa berada di tempatnya saat ini, atlet nasional Pelatnas PBSI.

Namun, setelah mendapat kepercayaan dan dikirim ke Jakarta untuk berlatih di PB Pelita milik Icuk Sugiarto, keinginannya untuk menjadi pebulutangkis top mulai muncul.

"Saya tak pernah bermimpi (untuk jadi atlet profesional). Itu sebelum saya beraltih dan masuk klub," beber Apriyani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI