Selama lebih dari setahun, Jeka fokus mengembangkan kemampuan, terutama di aspek grappling dan pertarungan bawah, yang menjadi salah satu titik lemahnya saat kalah dari Anshul Jubli.
Meski dikenal sebagai striker tajam dengan julukan "Si Tendangan Maut", peningkatan kemampuan grappling menjadi penting untuk bersaing di level tertinggi MMA dunia.
Menghadapi petarung Korea Selatan, Joo Sang Yoo, di UFC 316, Jeka Saragih membawa semangat baru dan tekad untuk kembali mencatat kemenangan.
Dengan rekor profesional 14 menang dan 3 kalah, Jeka tak hanya berjuang untuk kemenangan pribadi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing di panggung UFC yang penuh talenta dari seluruh dunia.
Laga ini menjadi sangat penting bagi kelanjutan karier Jeka di UFC, sekaligus menjadi momen krusial untuk mengibarkan kembali Merah Putih di atas octagon dunia.
Apabila berhasil menang, peluang Jeka untuk naik peringkat dan membuka jalan menuju pertarungan yang lebih besar akan semakin terbuka lebar.
Dalam setiap pernyataannya, Jeka selalu menekankan pentingnya dukungan masyarakat. Ia menyadari bahwa keberadaannya di UFC bukan hanya mewakili dirinya, tetapi juga menjadi simbol perjuangan para atlet Indonesia.
“Perjalanan ini sangat panjang. Saya lebih banyak habiskan waktu untuk latihan daripada bersama keluarga. Tapi semua ini untuk Indonesia,” kata Jeka.
Baca Juga: Tumbangkan Kai Asakura di UFC 301, Alexandre Pantoja Sukses Pertahankan Gelar