Suara.com - Sejak dahulu kala, manusia selalu mencari cara untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik, juga untuk mendalami pemahaman atas dunia yang mereka diami. Salah satunya adalah dengan melakukan berbagai macam penelitian ilmiah.
Kemajuan dalam bidang pengobatan, pertanian, energi, transportasi, komunikasi dan lain sebagainya mengubah bumi ini, meningkatkan kualitas hidup manusia. Keinginan manusia untuk mendapat kehidupan yang lebih baik memaksa untuk berpikir kreatif, malah kadang kelewat kreatif.
Alhasil, banyak penelitian yang cenderung hanya menghabis-habiskan uang tanpa faedah yang jelas. Berikut ini adalah beberapa penelitian berbiaya selangit yang pernah dilakukan, namun tanpa memberikan manfaat berarti, bahkan hanya menyakiti objek penelitian seperti hewan-hewan tak berdosa.
Tikus lebih suka musik jazz ketika berada dalam pengaruh kokain
Orang yang berada di bawah pengaruh narkotika dan obat-obatan terlarang cenderung bertindak di bawah kesadaran. Namun, bagi sekelompok peneliti ini, pengetahuan sebatas itu saja tak cukup.
Oleh karena itu, mereka memutuskan melakukan sebuah penelitian tentang pengaruh kokain terhadap selera musik. Namun, anehnya, yang menjadi objek penelitian bukanlah manusia, melainkan seekor tikus.
Dalam penelitian berbiaya besar yang digelar tahun 2011 itu, para ilmuwan memperdengarkan dua jenis musik kepada sejumlah tikus, yakni lagu Fur Elise karya Beethoven dan lagu Four, karya musisi jazz Miles Davis. Setelah itu, para ilmuwan menyuntikkan kokain ke dalam tubuh tikus lalu kembali memperdengarkan musik yang sama.
Sebelum disuntik kokain, para tikus cenderung menyukai Beethoven. Namun, orientasi mereka berubah ketika berada dalam pengaruh kokain. Tikus-tikus itu jadi lebih terhanyut oleh musik jazz Miles Davis.
Lalat buah jantan lebih suka pada lalat buah betina yang lebih muda
Para peneliti menghabiskan hampir satu juta Dolar atau belasan miliar Rupiah untuk menyelidiki hubungan antara hewan jantan dan betina dalam satu spesies. Objek penelitian mereka adalah lalat buah.
Hasilnya, peneliti menemukan kenyataan bahwa lalat buah jantan lebih tertarik pada lalat buah betina yang lebih muda usianya. Penyebabnya, tak lain adalah hormon tubuh yang membedakan lalat betina muda dengan lalat betina yang lebih tua.
Dengan adanya hormon tersebut, dalam ruangan gelap, lalat-lalat jantan pun dapat membedakan mana lalat betina yang tua, mana yang lebih muda.
Terapi pijat untuk kelinci Selandia Baru
Pusat Nasional untuk Pengobatan Alternatif Selandia Baru menghabiskan waktu dua tahun dan dana sebesar 387 ribu Dolar atau sekitar Rp5 miliar untuk menjalankan serangkaian eksperimen untuk mengetahui pengaruh terapi pijat ala Swedia terhadap kelinci putih Selandia Baru.
Mereka ingin mengetahui bagaimana pijat bisa membantu menyembuhkan kelinci dari cedera. Untuk kepentingan penelitian tersebut, para peneliti membuat perangkat mekanis yang mensimulasikan gerakan pijat dengan tangan.