Secara kronologis peradaban Dieng disebut "cukup tua" dan awal pengaruh India dapat dilihat dari seni bangunan di wilayah itu, kata Djaliati.
"Kami menggambarkan seni bangunannya, bahwa dekat dengan India," ujarnya.
Artinya, para arsitek di kawasan Dieng belum memiliki kebebasan untuk membangun candi-candi sesuai pengetahuan tentang seni bangunan mereka sendiri.
Hal ini berbeda dari struktur bangunan candi lain di luar Dieng yang dibangun belakangan, yang disebut Djaliati, para arsitekturnya sudah mampu "mengelaborasi bangunan".
"Tapi kalau di Dieng masih sangat dekat dengan India," ungkapnya.
Menurut Koordinator Unit Dieng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Eri Budiarto, salah-satu candi di kawasan Dieng yang mirip dengan arsitektur India adalah candi Bima.
"Sehingga ada indikasi pemuka agama Hindu dari India datang ke Dieng," katanya
Apa bukti yang menguatkan indikasi Dieng juga pusat pendidikan keagamaan?
Berbagai temuan terbaru di kawasan Dieng diharapkan akan menguatkan indikasi awal bahwa peninggalan kompleks candi tertua di Jawa Tengah itu juga merupakan lokasi pendidikan di bidang keagamaan.
Baca Juga: Fenomena Embun Beku di Dieng Akibat Angin Dingin dari Australia
Indikasi ini didasarkan analisa terhadap keberadaan situs fondasi struktur bangunan yang disebut dharmasala.
Sejumlah catatan menyebutkan fondasi bangunan dharmasala ditemukan tersebar di sekitar kawasan candi Dieng.
Para peneliti meyakini, bangunan dharmasala ini dulu berupa bangunan bertiang kayu tanpa dinding alias terbuka.
"Dharmasala ini diperkirakan memiliki bentuk rumah panggung dan untuk tempat menginap, sebelum melakukan ritual atau sebagai tempat singgah sementara sebelum upacara keagamaan," kata Koordinator Unit Dieng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Eri Budiarto.
"Tetapi karena data-data tertulis belum ada, maka kita masih menduga-duga fungsinya," tambahnya.
Luas dharmasala, menurutnya, lebarnya sekitar antara delapan hingga 10 meter dan panjangnya mencapai 40 meter.