Ditemukan Kalajengking Coklat dan Bayinya Pancarkan Warna Biru dan Ungu di Bawah Sinar UV

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 22 Juli 2021 | 09:05 WIB
Ditemukan Kalajengking Coklat dan Bayinya Pancarkan Warna Biru dan Ungu di Bawah Sinar UV
Kalajengking berubah warna ketika diberi sinar UV. [YouTube/@Butterfly Babe]

Suara.com - Sebuah video baru memperlihakan sifat misterius kalajengking, ketika terkena sinar ultra violet (UV), arakhnida bersinar biru atau ungu yang menakjubkan.

Potongan video berdurasi pendek ini menunjukkan kalajengking betina berwarna kecoklatan membawa puluhan bayi di punggungnya, yang warnanya serupa.

Tapi, ketika disinari UV kelompok itu bersinar dengan warna listrik yang menyeramkan.

Kalajengking dewasa berubah menjadi rona hijau kebiruan, sementara bayinya menjadi ungu cerah.

Sinar UV diubah ketika berinteraksi dengan protein kalajengking, tetapi para ilmuwan belum menentukan alasan evolusi di balik fenomena ini.

Beberapa pihak berspekulasi bahwa cahaya tersebut dapat membantu arakhnida menemukan satu sama lain, mengutip NBC News.

Kalajengking berubah warna ketika diberi sinar UV. [YouTube/@Butterfly Babe]
Kalajengking berubah warna ketika diberi sinar UV. [YouTube/@Butterfly Babe]

Video pendek itu diambil seniman ekologi, Sarah Folts.

Sinar terpancar adalah hasil dari bahan kimia di pelindung luar yang menyerap dan memancarkan kembali cahaya pada panjang gelombang yang lebih rendah, dilaporkan Petal Pixel.

Lapisan luar, juga dikenal sebagai lapisan hialin, transparan dan berperan dalam menahan sel-sel yang terbentuk selama pembelahan bersama.

Baca Juga: Ilmuwan: Vaksin COVID-19 untuk Cegah Kematian dan Turunkan Risiko Penularan

Lapisan hialin kuat dan mampu bertahan dalam ujian waktu.

Penemuan ini membuka pemikiran para ilmuwan bahwa kalajengking fosil bersinar di bawah sinar UV.
Selain itu, ketika para ilmuwan mengawetkan spesimen kalajengking dalam stoples berisi cairan, lapisan hialin dapat membuat cairan itu bersinar.

Namun, para ilmuwan telah mengamati bahwa kalajengking tidak bersinar setelah berganti kulit, yang menunjukkan bahwa lapisan luar harus benar-benar mengeras sebelum dapat bersinar dalam sinar UV.

Kalajengking juga ditemukan bersinar di bawah sinar bulan, yang dapat digunakan arakhnida, untuk menentukan waktu malam dan waktu bagi mereka untuk pergi mencari makanan.

"Peneliti California State Carl Kloock, yang merilis sebuah penelitian pada 2010 tentang ide ini, menyarankan bahwa mungkin ada komponen UV di bawah sinar bulan," katanya kepada Live Science.

[Fluoresensi] mungkin menjadi bagian dari mekanisme kalajengking merespons cahaya bulan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI