Imran Ahmed selaku pendiri dan CEO CCDH menggambarkan Facebook sebagai raksasa misinformasi Covid-19, sementara Google selalu lolos.
![Ilustrasi YouTube. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/56865-ilustrasi-youtube.jpg)
Padahal, mereka juga bertanggung jawab atas konten yang ada di YouTube.
Juru bicara YouTube, Elena Hernandez mengatakan, sejak Maret tahun lalu pihaknya telah menghapus lebih dari 900.000 video berisi misinformasi Covid-19.
Mereka juga menangguhkan channel YouTube yang diidentifikasi dalam laporan CCDH.
Ia menambahkan, kebijakan perusahaan didasarkan pada konten video, bukan dari si pembuat konten.
"Jika ada channel lain yang disebutkan dalam laporan tersebut karena melanggar kebijakan kami, kami akan mengambil tindakan, termasuk pemblokiran permanen," katanya.
Lebih lanjut, YouTube juga berencana akan menambahkan informasi kesehatan yang lebih kredibel dan tab khusus yang dapat diklik penggunanya.
Terkait Facebook, pejabat Gedung Putih itu juga mengungkap empat masalah yang disorot pemerintah dan meminta mereka untuk memberikan data spesifik. Namun, Facebook enggan mematuhinya.
Adapun data spesifik yang dimaksud, seperti berapa banyak kesalahan informasi vaksin Covid-19 yang ada di platform, siapa saja yang melihat klaim tidak akurat.
Baca Juga: Paparkan Visi, Zuckerberg Ungkap Gambaran Facebook di Masa Depan
Kemudian apa yang dilakukan perusahaan untuk menjangkau mereka, hingga bagaimana Facebook mengetahui bahwa upayanya berhasil.
Juru Bicara Facebook mengklaim perusahaan telah menghapus lebih dari 18 juta misinformasi Covid-19 sejak awal pandemi.

Ia juga mengaku keraguan terhadap vaksin telah menurun hingga 50 persen sejak Januari dan berefek pada penerimaan vaksin yang melonjak.
Sebagai tanggapan dari tuduhan Biden, Facebook dalam blognya menulis bahwa pemerintah AS tidak asal tuduh. Namun pejabat Gedung Putih menilai unggahan blog tidak memiliki metrik keberhasilan.
"Kekhawatiran pemerintahan Biden adalah bahwa Facebook berbohong pada kami atau tidak menganggapnya serius dan tidak ada analisis mendalam terkait apa yang terjadi di platform mereka. Itu membuat setiap solusi yang mereka miliki mesti dipertanyakan," jelasnya.