Ia menambahkan, istilah Tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika Serikat. Ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km per jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer, maka itu dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
"Sementara itu di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika," tandasnya.
BRIN sebut Tornado
Sebelumnya peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengakui kalau insiden yang menimpa Rencaekek, Bandung, adalah tornado.
Bahkan Erma mengklaim kalau Tornado Rencaekek adalah insiden tornado pertama yang terjadi di Indonesia sepanjang sejarah.
"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2)," kata Erma dalam akun X alias Twitter @EYulihastin, Kamis (22/2/2024).
"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," lanjut dia.
Ia menegaskan kalau tornado beda dengan puting beliung. Menurut Erma, tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas.
Ia menerangkan, kecepatan angin tornado minimal mencapai 70 km per jam.
"Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam. Sudah pernah lihat film Twister 1996?" lanjutnya.
Baca Juga: Peneliti BRIN Sebut Rancaekek Diserang Tornado Bukan Puting Beliung
Perbedaan puting beliung dan tornado, lanjut Erma, yakni ada di durasi. Ia menerangkan kalau puting beliung memiliki durasi sekitar 5-10 menit.