Serat Optik : Tulang Punggung Transformasi Digital Indonesia, Ini Kata Para Ahli

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 08 Mei 2025 | 09:34 WIB
Serat Optik : Tulang Punggung Transformasi Digital Indonesia, Ini Kata Para Ahli
Ilustrasi serat optik. [Thomas Jensen/Unsplash]

Suara.com - Lonjakan permintaan terhadap layanan cloud, kecerdasan buatan (AI), distribusi konten digital, dan konektivitas 5G, juga kian mendorong pentingnya infrastruktur dasar, yaitu serat optik.

Teknologi ini terbukti memiliki kapasitas besar, kecepatan tinggi, serta latensi rendah, menjadikannya tulang punggung konektivitas digital masa depan.

Alita sebagai perusahaan penyedia layanan infrastruktur digital, bersama Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL) dan mitra teknologi Viavi Solutions, menyoroti eran strategis dari serat optik.

Semua ini dibahas dalam seminar bertajuk “Unleash Fiber Connectivity for Indonesia Digital Transformation – Challenges, End-to-End Processes, and Tools for Network Readiness,”.

Kegiatan ini bertujuan membahas tantangan di lapangan serta memperkenalkan pendekatan teknologi terkini dalam manajemen jaringan serat optik. Mulai dari, pemantauan, pengujian, hingga otomasi.

Direktur Strategi & Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI), Denny Setiawan mengungkapkan, sistem infrastruktur digital kita membutuhkan arsitektur yang menyeluruh.

Kolaborasi Alita, APJATEL, dan Viavi Solution bahas peranan serat optik di Jakarta, Rabu (7/5/2025). [Alita]
Kolaborasi Alita, APJATEL, dan Viavi Solution bahas peranan serat optik di Jakarta, Rabu (7/5/2025). [Alita]

Mulai dari, data center sebagai pusat kehidupan digital dan konten, jalur backbone, dan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang menghubungkan wilayah dan dunia internasional.

“Selain itu, ada pula jalur PLN atau jalan atau rel sebagai arteri rute penetrasi, serta jaringan FO yang menyentuh langsung rumah dan titik layanan publik,” ujarnya dalam keterangan resminya, Kamis (8/5/2025).

Berdasarkan laporan Telecom Review Asia, pasar infrastruktur jaringan serat optik di Asia Pacific diproyeksikan tumbuh dengan CAGR sebesar 15,9 persen hingga 2028.

Baca Juga: Kolaborasi Google - YouTube Ubah Wajah Pendidikan Indonesia

Tren ini, menandai tingginya urgensi dan potensi besar investasi di sektor ini.

“Kolaborasi lintas pemangku kepentingan adalah kunci. Kami percaya inisiatif ini akan membantu industri lebih siap mendukung target digitalisasi nasional yang dicanangkan pemerintah,” ujar Teguh Prasetya, Direktur Utama Alita Praya Mitra.

Sejak tahun 2020, Alita telah mengimplementasikan sistem Optical Network Management System integrated (ONMSi) sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan keandalan pengelolaan infrastruktur serat optik.

Hasil implementasi ini menunjukkan dampak signifikan dalam peningkatan kinerja operasional, antara lain:

Mengurangi potensi denda layanan hingga 98 persen berkat deteksi dini dan penanganan gangguan yang lebih cepat.

Efisiensi perawatan preventif mencapai 22 persen, melalui pemantauan jaringan secara proaktif dan berbasis data real-time.

Efisiensi perawatan korektif hingga 56 persen, dengan sistem pelaporan otomatis yang mempersingkat waktu identifikasi dan perbaikan gangguan.

Kolaborasi Alita, APJATEL, dan Viavi Solution bahas peranan serat optik di Jakarta, Rabu (7/5/2025). [Alita]
Kolaborasi Alita, APJATEL, dan Viavi Solution bahas peranan serat optik di Jakarta, Rabu (7/5/2025). [Alita]

“Langkah ini memperkuat posisi Alita sebagai penyedia infrastruktur digital yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tuntutan industri telekomunikasi modern,” ujar Teguh.

Sementara itu, Vice President, Sales VIAVI, Rajesh Rao mendukung transformasi digital Indonesia melalui solusi pengujian dan penjaminan kualitas yang terpercaya, yang memungkinkan penggelaran jaringan fiber berperforma tinggi.

“Kami memberdayakan penyedia layanan dan penyedia dark fiber untuk mempercepat konektivitas, memastikan keandalan jaringan, dan mewujudkan visi Indonesia sebagai negara digital yang maju,” ujarnya.

Urgensi membangun ekosistem digital yang menyeluruh, termasuk membangun jaringan serat optik tak lepas dari beberapa tantangan yang masih kerap dihadapi.

Ketua Umum APJATEL, Jerry Siregar mengungkapkan, pembangunan serat optik masih kerap terhadang harmonisasi regulasi telekomunikasi di Indonesia.

Menurutnya, Rencana Tata Ruang Wilayah kerap tidak terinformasi kepada pemilik jaringan utilitas. Sehingga, menyebabkan penataan jaringan yang sulit terkendali.

Kini, penataan jaringan yang lebih memperhatikan estetika dan keamanan kota, mulai diterapkan.

“APJATEL mendukung transformasi digital dan mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan implementasi penataan fiber optic yang lebih baik dan terstandarisasi,” ujar Jerry.

Berbagai rencana strategis pembangunan pun kini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan jaringan yang telah tertata.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI