Booming Cloud Indonesia 2025: Peluang Triliunan Rupiah dan Tantangan Kedaulatan Data

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 05 Juni 2025 | 12:35 WIB
Booming Cloud Indonesia 2025: Peluang Triliunan Rupiah dan Tantangan Kedaulatan Data
Ilustrasi Cloud. [Freepik]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Transformasi digital berbasis cloud, saat ini bukan lagi opsi tambahan, tetapi sudah menjadi kebutuhan fundamental.

Laporan IDC Indonesia (2024) menunjukkan, pasar cloud publik di Indonesia diperkirakan berpotensi mencapai nilai 1,38 miliar Dolar AS atau Rp 22,48 triliun pada 2025.

Jumlah ini tumbuh dengan pertumbuhan tahun sebelumnya (growth year on year) sebesar 20,5 persen.

Sementara itu, di Indonesia, penetrasi komputasi awan diperkirakan akan tumbuh hingga 75 persen.

Jumlah ini, didorong oleh meningkatnya permintaan transformasi digital di sektor publik dan swasta.

Gartner memperkirakan bahwa pada tahun 2025, 75 persen dari semua data akan dihasilkan di luar pusat data tradisional dan lingkungan awan.

Namun, adopsi cloud juga menghadirkan tantangan serius yang harus diatasi.

Beberapa di antaranya, adalah:

  • Ketergantungan pada infrastruktur IT lama yang menghambat skalabilitas dan efisiensi.
  • Biaya tinggi dari platform virtualisasi tradisional seperti VMware dan RedHat, yang menghambat inovasi, terutama di kalangan perusahaan menengah.
  • Isu kedaulatan dan kepatuhan data, terutama di tengah maraknya adopsi AI dan edge computing.
  • Kebutuhan akan infrastruktur terdistribusi dan resilien untuk mendukung workload modern seperti AI, IoT, serta aplikasi berbasis edge.

Menjawab tantangan tersebut, Rakuten Symphony, bersama integrator sistem nasional PT Alita Praya Mitra, menghadirkan pendekatan baru lewat seminar bertema "Resilient Edge Computing for Data Sovereignty & Modern AI Workloads".

Seminar ini bertujuan menggali use case nyata edge computing dan Software-Defined Storage (SDS), membahas transisi dari platform virtualisasi lama ke arsitektur Kubernetes-native, menjawab tuntutan regulasi data lokal dan keamanan nasional, dan mendorong kolaborasi strategis antar industri.

Baca Juga: Perkuat Adopsi AI di Indonesia, Telkom dan IBM Luncurkan Sovereign AI Platform

“Pembangunan ekonomi digital juga harus mengusung azas berkeadilan. Jangan sampai hanya new tech saja tapi tidak ada insentif untuk data center atau infrastruktur” ujar Edwin Hidayat Abdullah, Dirjen Ekosistem Digital KOMDIGI, dalam keterangan resminya, Kamis (5/6/2025).

Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI), menyampaikan, Alita kini terus fokus memperkuat platform edge, IoT, dan solusi cerdas untuk sektor pemerintah, manufaktur, dan layanan publik.

"Kami percaya kemitraan dengan Rakuten akan mempercepat adopsi cloud-native dan edge AI secara lebih luas," tegasnya.

Menurut Teguh, saat ini, transformasi digital Indonesia, teknologi edge computing dan AI menjadi kunci dalam mendukung kedaulatan data dan efisiensi operasional lintas sektor.

Ia menekankan, kehadiran dari investor global dan inisiatif lokal untuk AI, kita berada di momen penting untuk memperkuat dalam perkembangan ekosistem digital nasional.

Rakuten Cloud dan Alita. [Alita]
Rakuten Cloud dan Alita. [Alita]

Global Head of Sales, Rakuten Symphony Inc, Udai Kanukolanu menjelaskan, dengan menggabungkan keahlian dan infrastruktur lokal Alita dan cloud sebagai inovasi global dari Rakuten Symphony, OSS, dan open RAN, Rakuten berupaya mempercepat adopsi layanan digital di masa mendatang secara nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI