Roblox Terancam Diblokir, Ini Bahaya Konten Negatif yang Mengintai Anak

Agung Pratnyawan Suara.Com
Rabu, 06 Agustus 2025 | 11:33 WIB
Roblox Terancam Diblokir, Ini Bahaya Konten Negatif yang Mengintai Anak
Karakter Roblox. [Roblox]

Suara.com - Roblox terancam diblokir? Dunia digital anak-anak Indonesia tengah diguncang oleh polemik serius yang menyoroti salah satu game paling populer di kalangan mereka: Roblox.

Platform yang menawarkan semesta tanpa batas untuk berkreasi dan bermain ini kini berada di bawah pengawasan ketat pemerintah dan para pemerhati anak.

Wacana pemblokiran Roblox pun mengemuka, didasari oleh kekhawatiran mendalam akan bahaya konten negatif, mulai dari kekerasan hingga pornografi, yang dengan mudah dapat diakses oleh para pemain belia.

Seruan paling keras datang dari dua figur penting, yakni Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti dan psikolog anak Seto Mulyadi, atau yang akrab disapa Kak Seto.

Keduanya, dari sudut pandang berbeda, melihat adanya ancaman nyata di balik layar permainan yang tampak lucu dan menggemaskan ini.

Anak adalah Peniru Ulung, Kekerasan di Game Jadi Ancaman Nyata

Roblox. [Xbox]
Roblox. [Xbox]

Dari sisi pendidikan, Mendikdasmen Abdul Mu'ti secara tegas melarang anak-anak, khususnya siswa sekolah dasar, untuk memainkan Roblox. Alasannya sederhana namun krusial: game tersebut menampilkan banyak adegan kekerasan yang tidak cocok untuk anak.

Menurutnya, tingkat intelektual anak usia SD belum mampu membedakan mana adegan rekayasa dalam game dan mana yang nyata.

"Kalau main HP tidak boleh nonton kekerasan. Di situ ada berantemnya, kata-kata yang jelek, jangan nonton yang tidak berguna. Nah yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main yang itu ya karena itu tidak baik ya," kata Mu'ti saat meninjau sebuah sekolah di Jakarta.

Baca Juga: Terancam Diblokir di Indonesia, Apa Menariknya Roblox Dibanding FF Dan Mobile Legends?

Ia menyoroti bahwa anak-anak pada dasarnya adalah peniru ulung. Mereka bisa dengan mudah mencontoh tindakan agresif yang mereka lihat di dalam game dan menerapkannya di dunia nyata, yang dapat berakibat fatal.

"Misalnya, mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temennya, kemudian temennya dibanting, kan jadi masalah," ujarnya.

Potensi Sarang Pornografi dan Predator Anak

ilustrasi anak main game di HP. [Freepik]
ilustrasi anak main game di HP. [Freepik]

Kekhawatiran serupa, namun dengan fokus yang lebih tajam pada konten seksual dan predator, disuarakan oleh Kak Seto.

Ia secara terang-terangan mendukung langkah pemerintah dan mewanti-wanti bahwa Roblox berpotensi menjadi sarang konten pornografi.

Meskipun laporan yang ada belum masif, Kak Seto menilai langkah pencegahan adalah hal yang mutlak harus dilakukan.

"Ya memang belum banyak ya. Ada beberapa yang sudah mengarah ke pornografi, kemudian juga menirukan beberapa gerakan-gerakan seperti yang ada di Roblox dan sebagainya. Itu ada juga beberapa orang tua sudah (sadar) ini ya," kata Kak Seto kepada Suara.com.

Baginya, menunggu hingga banyak korban berjatuhan adalah sebuah kelalaian. Risiko eksploitasi anak di platform ini sangat nyata.

"Kita harus mencegah supaya jangan sampai terjadi, karena kemungkinan-kemungkinan itu banyak terjadi. Apalagi kalau kemudian adanya unsur predator memangsa anak melalui jalur ini," ujarnya, menyoroti bahaya interaksi tanpa pengawasan di dalam game.

Peran Kunci Orang Tua di Era Digital

Karakter Roblox. [Roblox]
Karakter Roblox. [Roblox]

Di tengah desakan pemblokiran Roblox, baik Mendikdasmen maupun Kak Seto sepakat bahwa ada satu benteng pertahanan utama bagi anak: orang tua.

Pengawasan dan pendampingan aktif menjadi kunci untuk meminimalisir dampak negatif gawai. Abdul Mu'ti berpesan agar orang tua memandu anak mengakses konten yang bermanfaat dan edukatif.

"Dampingi (anak saat bermain gawai), harus kita pandu supaya yang diakses adalah yang bermanfaat dan mereka dapat menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat edukatif dan bermanfaat," ungkapnya.

Kak Seto menambahkan pentingnya seleksi konten oleh orang tua. Jangan sampai anak dibiarkan mengonsumsi game apa pun tanpa filter.

Ya tentu pertama menseleksi, menyensor kualitas dari gamenya itu, bahwa yang positif saja yang dikonsumsi,” tegasnya.

Keseimbangan antara waktu bermain gawai dan aktivitas di dunia nyata juga harus dijaga agar kreativitas dan kemampuan sosial anak tidak tergerus oleh kecanduan teknologi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI