Bisa Anda jelaskan ketersediaan air tanah di sana? Apakah sudah layak untuk sebuah ibu kota atau bagaimana?
Di sana debit air tanah tidak terlalu besar. Di sana wilayahnya dekat dengan pantai. Di atas, (di) wilayah pegunungan, ada debit air, tapi tidak terlalu besar. Menurut saya kita ambil air permukaan.
Jadi untuk air di sana, masyarakat jangan menggunakan air tanah. Jadi pemerintah lah yang harus mengelola dan menyediakan air untuk masyarakat. Bisa dari air PDAM.
Bagaimana dengan transportasinya, seperti penerbangan dan pelayaran. Apakah bandara dan pelabuhan di sana sudah cukup memadai untuk sebuah ibu kota negara?
Di wilayah ibu kota baru ini ada dua bandara yang letaknya berdekatan. Kedua bandara itu, (yaitu di) Balikpapan dan Samarinda, cukup aktif penerbangannya. Mungkin tinggal diperluas saja. Begitu juga dengan pelabuhannya, di sana pelabuhannya juga aktif.
Ancaman karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di sana, bagaimana?
Kita lihat dari posisinya (daerah untuk pembangunan infrastruktur), di lahan gambut atau bagaimana. Sekarang hampir di mana-mana negara di dunia mengalami kebakaran hutan, bahkan di Amazon juga mengalami kebakaran hutan. Jadi di sana, wilayah ibu kota baru itu tanahnya lebih banyak tanah mineral, bukan tanah gambut. Potensi banjir banyak di wilayah lahan gambut.
Jadi menurut saya, tempat ini sangat ideal dari sisi kebencanaan untuk menjadi ibu kota negara. Sebab di sana tidak ada gunung berapi. Sedangkan patahannya banyak yang tidak aktif. Saat ini, dari sisi tektonik, (wilayah itu) paling stabil di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Dahlan: Ibu Kota Baru Begitu Cepat, Saya Pembenci Birokrasi Sangat Senang