dr Muhamad Fajri Adda'i: Adaptasi Pola Hidup, Kunci Hadapi Pandemi Ini

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 09 November 2020 | 15:31 WIB
dr Muhamad Fajri Adda'i: Adaptasi Pola Hidup, Kunci Hadapi Pandemi Ini
Ilustrasi wawancara. dr Muhamad Fajri Adda'i. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam webinar bertajuk "Jibaku Tenaga Kesehatan & Satgas Tangani Covid-19 di Lapangan" yang diselenggarakan Suara.com pada Kamis (16/10/2020) lalu, dr Fajri membahas lengkap fakta penanganan Covid-19 di lapangan dan bagaimana peran satgas Covid-19 dalam menekan angka penyebaran.

Simak penjelasan lebih lengkap dr Fajri dalam artikel wawancara berikut ini:

Dokter, bagaimana sih Dok penanganan pasien covid-19 ini yang terjadi di rumah sakit sekarang ini? Seperti apa?

Jadi, tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, dan bahkan bidan, memang ditempatkan di fasilitas kesehatan. Ada yang di fasilitas primer seperti puskesmas, ada yang di rumah sakit, ada juga yang diperbantukan di RS Darurat Wisma Atlet misalnya.

Dan memang, yang paling berisiko tinggi adalah dokter atau tenaga medis yang bekerja di ruang khusus Covid, terutama ruang-ruang seperti ICU, karena pasien jelas severe atau kondisi berat ya, pakai ventilator, pakai alat bantu napas dan sebagainya, dan (tenaga medis --Red) terpapar dalam durasi yang cukup panjang dengan risiko sangat tinggi.

Dan ini sudah dibuktikan oleh berbagai jurnal termasuk Lancet bahwa tenaga medis memiliki risiko 11,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat umum biasa yang tidak terlibat langsung dengan Covid-19.

Apa saja tantangan tenaga kesehatan dalam penanganan Covid-19?

Tantangan selain risiko infeksi Covid-19 adalah memakai APD (alat pelindung diri). Itu sungguh berat ya. Kita memakai APD tidak boleh dilepas sepanjang jaga. Misalnya jaga 8 jam, ya 8 jam, kalau 10 jam ya 10 jam, tidak boleh pipis, tidak boleh BAB (buang air besar). Kalau dibuka harus ganti lagi APD-nya.

Sudah memakai APD pun tidak 100 persen menjamin bebas dari penularan. Misalnya masker N95, itu hanya menahan partikel kecil ukuran mikron 95 persen, masih ada juga risiko 5 persen lagi. Sekarang di tempat perawatan itu penularannya lewat udara sudah terbukti. Ditambah lagi dengan faktor kelelahan.

Baca Juga: Vaksinasi Corona Diprioritaskan untuk Garda Terdepan

Dengan jumlah pasien yang membludak tenaga kesehatan pun semakin menipis. Makin banyak pasien, makin banyak juga keterbatasan yang ada di rumah sakit. Per 13 September, IDI mencatat 115 dokter meninggal dunia dan angkanya terus bertambah. Bagaimana peran relawan dokter dalam percepatan penanganan covid 19?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI