Nova Riyanti Yusuf: Pandemic Fatigue Bisa Jadi Hal Serius, Kuncinya di Kita

Selasa, 09 Februari 2021 | 19:42 WIB
Nova Riyanti Yusuf: Pandemic Fatigue Bisa Jadi Hal Serius, Kuncinya di Kita
Ilustrasi wawancara. Praktisi dan ahli kesehatan mental Dr. Nova Riyanti Yusuf. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kemudian fokus here and now. Ada yang khawatir berlebihan tentang masa depan. Ya, banyak pilihan ya, doa, zikir, puasa, atau meditasi. Gunakan cognitive behavioral skills. Jadi apa yang kamu pikirkan bisa mempengaruhi perasaan dan perilaku. Makanya journaling bisa jadi alternatif. Di dalam jurnal kita bisa masukkan pikiran negatif yang suka muncul.

Caranya untuk grounding itu renggang dengan dunia, refocusing on what you are doing. Kalau ada badai emosi akan menguasai, kita cemas kehilangan kendali, pegangan strateginya ground yourself. Prinsipnya, lihat diri kita dulu. Apakah kita pada saat berada dalam sebuah ruangan lagi makan malam atau di cafe sama teman? Apakah kita engaging dengan dia? Jangan-jangan ada teman, tapi mata kita (malah) scrolling ke medsos, atau sibuk posting.

Lantas, bagaimana cara kita terhindar pandemic fatigue ini?

Ya, itu tadi. Pertama bisa berupaya sendiri dulu, mengkurasi selfcare. Karena bentuknya bisa macam-macam. Enggak bisa hanya sekali-sekali, harus yang terus-menerus.

Karena manusia yang bisa dibentuk habitatnya, makanya upaya manajemen stres tadi, coping dan lain sebagainya. Kalau sudah diupayakan tetap tidak bisa grounding, oke tidak usah bingung, tetap bisa mendapatkan psychological first aid.

Kalau ada luka, kan ada pertolongan pertama pada kecelakaan. (Jadi) Ada pertolongan pertama psikologi. Bisa download aplikasi Kementerian Kesehatan, Sehat Jiwa atau SehatPedia. Bisa konsultasi dengan psikolog klinis secara gratis, bisa membahas dulu kondisi dirinya. Kalau perlu treatment lebih lanjut, akan diberitahu dengan psikologis klinisnya.

Ada hal penting lainnya yang perlu digarisbawahi?

Pandemic fatigue ini berpengaruh ke demotivasi. Kita khawatir produktivitas terganggu, terus secara ekonomi terganggu. Kalau aku ingin mengajaknya ke masyarakat (supaya) lebih mendahulukan mental well-being. Harapannya produktivitas akan mengikuti kalau mental well-being baik, kalau kondisi kesehatan fisik kita baik.

Baca Juga: Deasy Nurmalasari: UMKM Tetap Bisa Raup Untung dengan "Go Digital"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI