Kita juga punya kesibukan masing-masing. Makanya kita berharap meningkatkan penggunaan, karena ini mengedukasi gratis juga, benar-benar terpercaya, terverifikasi dan ada ahlinya dari pusat.
Alhamdulillah, saya juga dapat Indonesia Awards untuk saya pribadi.
Mas, tapi kalau misalnya awal mungkin kan memang ide dari masnya. Terus mengkomunikasikannya seperti apa, dari kepikiran, terus ngobrol sama siapa dulu. Gimana tahapan lebih detailnya gitu mas?
Jadi buat awal itu dulu masih kuliah offline, belum zaman pakai masker lah. Kalau sekarang pakai masker semua kan yah, dan harus kaya gitu yah mas.
Nah, itu mulai ketemu baik dari temen-teman itu, tim-tim saya baik dari developer, designer aplikasi, abis itu nyari konten utamanya itu dulu. Nah barulah merambah kemana-mana, ada dari animasi, dari server manager, apalagi produk manager salah satunya peran yang lumayan besar.
Ada juga dari assessment, perannya juga lumayan besar di sini. Itu yang bikin algoritma. Jadi salah satu yang di awal sudah ada juga tim algoritma mas. Kalau dia ini, maka ini, kalau dia ini, maka ini.
Apa pengalaman paling menarik dan tak terlupakan dari awal project sampai sekarang dapat penghargaan?
Respon masyarakat yang positif itu gak terlupakan. Tentunya ada juga strugle-strugle yang dihadapi. Tapi jadi pelajaran juga dan lebih mengingat agar lebih baik lagi. Hingga sekarang ada 50 negara lebih yang sudah pakai.
Cuma memang maksudnya WNI yang lagi keluar negeri, soalnya kita kan hanya ada bahasa Indonesia. Kedubes-kedubesnya menjalin kerja sama juga, lumayan.
Baca Juga: Nova Riyanti Yusuf: Pandemic Fatigue Bisa Jadi Hal Serius, Kuncinya di Kita
Saya masih jadi mahasiswa tingkat 3 di FKUI, saya founder. Dari dulu saya suka buat sesuatu dari dulu. Jadi saya juga founder startup yang saya mulai. Ada yang tidak berbayar, platform belajar Olimpiade.