Andi Khomeini Takdir: Isolasi Mandiri Harusnya Terpantau dengan Baik, Biar Lebih Aman

Senin, 09 Agustus 2021 | 20:56 WIB
Andi Khomeini Takdir: Isolasi Mandiri Harusnya Terpantau dengan Baik, Biar Lebih Aman
Ilustrasi wawancara, dr. Andi Khomeini Takdir SpPD-KPsi. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Itu gado-gado, rujak, pecel lele... hahaha, beneran! Jadi, (bagi) mereka yang bergejala ringan, memang risetnya menyatakan bahwa tingkat keparahan Covid-19 itu berkurang pada mereka yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan itu cukup. Kalau sayur-buahnya naik, Covid-19-nya turun. Kemudian yang kedua, vitamin D-nya naik, risiko Covid-19-nya turun. Sudah, itu sudah paket hemat. Kalian sudah sekalian kenyang, sekalian melatih anosmianya. Satu paket hemat sudah.

Selama ini kan kita terbatas informasinya, (bahwa) kalau sudah terpapar Covid-19 (katanya) harus makan makanan yang super sehat ya?

Di Indonesia itu kaya makanan sehat. Memang ya, buat sebagian pasien Covid-19, gado-gado ini akan menjadi gado-gado dengan rasa yang aneh. Karena kan itu indera penciuman, gangguan merasa juga, itu memang rasanya mungkin aneh. Rujak pun mungkin rasanya dia hanya akan, "oh, rasa pedas saya bisa rasakan, tapi kok rasa manisnya aneh ya?" Nah, itu bisa kejadian. Tapi, lawan, lewati fase itu, supaya pemulihannya lebih cepat.

Khasiat Sayuran Bagi Kulit Wajah ( Shutterstock )
Ilustrasi. Konsumsi sayuran untuk kesehatan tubuh, termasuk menambah imun di masa pandemi Covid-19. [Shutterstock]

Apa saja sih isoman kit itu, mulai dari obat, vitamin dan alkesnya?

Itu tadi sudah ya. Tapi paling, saya sih kalau memang dia gejala ringan, paling sediakan paracetamol, obat-obatan yang bisa dijual bebas, ada di minimarket, ada di apotek. Jadi kalau demam minum paracetamol, kalau ada mual, minum obat maag mungkin bisa. Itu untuk pertolongan pertama. Lihat gejalanya. Kalau minum obat-obatan bebas ini sudah membaik, ya sudah, selesai. That's your kit. Isoman kit-nya, ya itu.

Enggak perlu kaya mesti sedia satu kotak isi 10 obat. No, enggak! Karena tidak semua obat itu diperlukan. Kalau memang perlu obat-obatan yang jumlahnya banyak, berarti kayanya ini bukan gejala ringan. Itu harus dipantau. Jangan sampai orang-orang minum obat-obatan keras yang efek sampingnya bisa potensial banyak.

Saya mau cerita nih. Setelah beredar broadcast obat-obatan isoman yang diminum, banyak keluhan dari pasien-pasien itu. "Dok, saya habis minum ini mual, habis minum obat ini malah jadi muntah, tambah enggak bisa makan." Terus kita tanya, habis minum obat apa ya? (Dijawab) "Habis dari yang broadcast-broadcast." Padahal ya, dia enggak perlu obat itu sebenarnya. Justru bikin perkara baru; tidak menyelesaikan masalah malah bikin masalah baru.

Penting untuk berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan yang tidak dijual bebas, penting banget. Karena harus ada yang mantau, harus ada yang ngasih tahu, "entar ini bisa kejadian kaya gini", supaya dia paham. Teman-teman harus tahu, "oh, antisipasinya seperti ini".

Kalau isoman serumah itu kita boleh ngobrol kah? Piring dan gelas juga kita harus pisahkan ya?

Baca Juga: Prof Sri Rezeki Hadinegoro: Ancaman DBD Saat Pandemi, Waspada Beban Ganda Penyakit Infeksi

Boleh ngobrol, (asal) pakai masker dan jaga jarak. Terus piringnya cuci pakai sabun. Jadi enggak mesti dipisahkan banget gitu ya. Kan seperti biasa, kita itu mencuci dengan sabun. Kalau ketemu sama sabun, partikel virusnya lessen. Tunggu kering, selesai, bisa dipakai lagi sebenarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI