(Terus) Mau?
Ya gimana, disuruh-suruh, ditekanin selanjutnya. Ga bisa ngapa-ngapain.
Nggak mau melawan, gitu?
Ya, kalau udah gede, enggak. Walaupun sudah gede, kadang masih gitu juga. Tapi gitu tuh, khusus buat disuruh-suruh, buat di-bully-bully. Kadang kesel juga. Dulu kalau kecil, barang-barangnya leles (sisaan) udah, barang sisaan. Kadang dianggap, "Ah, dia mah anak kecil." Ya, disepelekan. Bahkan ada temenku bilang, udahlah dia mah ga merdeka dari lahir. Kadang kakak-kakak berpikir, "Kamu tuh harusnya begini. Aku lebih paham." Kadang mereka juga over protektif. Ada juga.
Tetep dijagain, sampai se-protektif itu?
Aku gini... organik. Aku ga bilang wajar, itu organik. Ketika setiap orang punya adik, kemungkinan akan melakukan itu.
Sejauh ini, (adakah) Bapak memberikan perlakuan khusus (yang) membentuk Inaya seperti sekarang?
Bapak itu gini... perlakuan khusus buat anak-anaknya itu dengan menganggap anak-anaknya ga usah diurusin. Jadi kalau orang lain tuh, ya, dulu itu waktu aku kecil, selalu bercita-cita: "Kok aku ga punya ayah insinyur aja, dokter gigi aja." Kayak jam 6-7 malem udah pulang ke rumah, aku tau dia pulang, (bapak) ada di mana. Lha ini, bapak gua kerjaannya apa, gua ga tau. Temen-temenku kayak...
Aku inget ada satu kejadian yang menurutku membekas banget. Kelas 1 SD, ini hari pertama sekolah. Maju satu-satu untuk memperkenalkan diri, ayah kerja apa dan gitu-gitu. Dan itu aku beneran hampir nangis. Nungguin giliran kayak stress banget, karena aku ga tau pekerjaan ayahku apa. Apa pekerjaan ayahku? Setauku dia ga pernah pulang. Tapi ga tau dia apaan. Aku ga tau harus ngomong apa, aku juga ga ngerti. Akhirnya waktu itu cara ngelesnya adalah, karena aku bener-bener ga tau harus nyebut apa... mmm, buat anak kecil, bapakku itu kerjanya di PBNU, dia Ketua PBNU. Tapi itu profesi apa, itu kan kita ga tau ya. Anak kecil itu ga paham.
Baca Juga: Podcast Hamburger Bareng Inaya Wahid: Ghibahin Perhatian Negara untuk Atlet Disabilitas
Jadi waktu itu aku ngelesnya, waktu itu aku naik... Kan di kelas itu ada foto-foto pahlawan, di tembok tuh ya. Jadi, instead ngomongin bokap gua, saat itu gua cuma bilang (nunjuk), "Itu kakek saya." Karena ada foto kakek gua. Dan itu gua bener-bener lolos gitu. Terus temen-temen gua, ya udah. Terus guru-guru gua, "Hah, ya ampun..." Ga ngomongin bokap, karena beneran ga tau siapa bokap. Pekerjaan apa Ketua PBNU itu.