Dubes Georgia Irakli Asashvili: Persahabatan dengan Indonesia adalah Ilustrasi Tujuan Kerja Sama Luar Negeri Kami

Senin, 30 Mei 2022 | 19:36 WIB
Dubes Georgia Irakli Asashvili: Persahabatan dengan Indonesia adalah Ilustrasi Tujuan Kerja Sama Luar Negeri Kami
Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Irakli Asashvili. [Dok. Kedubes Georgia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mungkin tidak banyak khayalak di Indonesia yang tahu jika tanggal 26 Mei 2022 lalu yang kebetulan juga adalah salah satu hari libur nasional di Indonesia, merupakan juga hari penting bagi Georgia. Tepatnya, tanggal itu adalah juga Hari Nasional atau peringatan Hari Deklarasi Kemerdekaan Georgia.

Sehubungan itu, belum lama ini Duta Besar atau Dubes Georgia untuk Indonesia, Irakli Asashvili, telah menyampaikan sebuah catatan tertulis di momen tersebut, yang pada beberapa bagiannya juga membicarakan mengenai hubungan diplomatik serta persahabatan dengan Indonesia yang menurutnya sangat penting artinya.

Berikut kutipan keterangan tertulis dari Dubes Georgia Irakli Asashvili pada momen itu yang kami anggap menarik dan sengaja ditayangkan ulang secara utuh di rubrik ini, dengan sedikit penataan ulang bagian per bagiannya:

Pada tanggal 26 Mei Georgia merayakan Hari Nasionalnya, yang menandai hari deklarasi kemerdekaan pada tahun 1918 dan pembentukan republik demokratis pertama. Ini adalah hari yang sangat istimewa dalam sejarah Georgia, karena bermakna sebuah momen penentu bagi status kenegaraan modern Georgia dalam sejarahnya selama tiga ribu tahun. Sayangnya, setelah 3 tahun merdeka, pada tahun 1921, Georgia dianeksasi oleh Tentara Merah Soviet selama 70 tahun lamanya sampai Georgia kembali meraih kemerdekaannya di tahun 1991 dan memulai perjalanan baru transformasi demokrasi dan ekonomi.

Georgia, atau sebagaimana yang disebut dalam bahasa asli Georgia "Sakartvelo", terletak di pantai timur Laut Hitam dan di sisi selatan puncak utama Pegunungan Kaukasus Besar menyatukan arsitektur abad pertengahan, budaya kuno dan pemandangan yang spektakuler. Georgia adalah negara dengan peradaban kuno. Wilayahnya dihuni 1,7-1,8 juta tahun yang lalu. Georgia memiliki alphabet dan bahasa tersendiri yang unik, hanya digunakan di negaranya. Georgia dikenal sebagai wilayah anggur tertua di dunia. Georgia adalah salah satu negara di "Jalur Sutra" (Silk Road), jalur perdagangan terkenal, yang menghubungkan India dan pertengahan Asia dengan Eropa, melintasi wilayah Georgia.

Reformasi yang efektif dalam kebijakan ekonomi dan pemerintahan telah membuat Georgia mendapatkan reputasi sebagai reformis regional dan global teratas. Transformasi semacam itu telah membentuk lingkungan bisnis yang liberal, stabil, aman dan bebas korupsi. Tujuan ambisius Georgia untuk menjadi salah satu lokasi investasi terbaik di peta dunia tercermin dengan baik dalam sejumlah peringkat internasional yang diakui dengan baik.

  • Georgia menempati urutan ke-7 dalam laporan Doing Business 2020 oleh Bank Dunia (World Bank). Menurut Heritage Foundation, ekonomi Georgia adalah yang paling bebas ke-12 dalam "Indeks Kebebasan Ekonomi 2021".
  • Berdasarkan "Economic Freedom of the World 2021" oleh Institusi Frazer (Frazer Institute), posisi Georgia meningkat 3 langkah dan menempati peringkat ke-5 di antara 165 negara.
  • Berdasarkan "Corruption Perception Index 2020" oleh Transparansi Internasional (Transparency International), Georgia menempati peringkat ke-45 di antara 180 negara dengan skor 56.
  • Berdasarkan laporan Bank Dunia dan PWC, Georgia memiliki salah satu beban pajak terendah.
  • Menurut Fitch, Standard and Poor's and Moody's Georgia memiliki rekam jejak kerja sama dan dukungan kuat dari Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional, yang mendukung kredibilitas kebijakan, momentum reformasi yang berkelanjutan dan mengurangi risiko pembiayaan.

Posisi Strategis dan Potensi Georgia

Georgia secara geografis diposisikan secara strategis sebagai pintu gerbang antara Eropa dan Asia yang menawarkan kemudahaan akses ke sebagian besar pasar utama Eropa, Asia Tengah dan Timur Tengah. Sebagai hasil dari upaya liberalisasi perdagangan yang ditargetkan, Georgia memiliki rezim perdagangan bebas dengan Uni Eropa (DCFTA), Inggris, Turki, Cina (termasuk Hong Kong), Ukraina, Asosiasi Perdagangan Bebas (EFTA) dan negara-negara CIS, yang membuka akses bebas tarif bea cukai dan impor ke pasar konsumen dengan sekitar 2,3 miliar penduduk. Georgia juga menikmati rezim GSP dengan Amerika Serikat, Kanada dan Jepang, yang mencakup tambahan 490 juta pasar konsumen.

Pada saat yang sama, Georgia adalah pusat transit regional, menawarkan saluran distribusi yang signifikan melalui infrastruktur transportasi yang baru diperluas - tiga bandara internasional, dua pelabuhan dan dua terminal minyak di Laut Hitam, sebuah proyek masif pelabuhan laut dalam dalam pengembangan (dengan kemampuan untuk melayani kapal ukuran Panamax), jalan raya yang ditingkatkan, dan jalur kereta api yang terhubung secara internasional.

Baca Juga: Inaya Wahid: Tipe Bapak Itu Bukan "Heh Inaya, Ini yang Harus Kamu Lakukan! Demokrasi Itu Begini-begini"

Pada tanggal 4 Desember 2020, untuk pertama kalinya, jalur kereta api Baku-Tbilisi-Kars diluncurkan dalam mode gerak balik, ketika kereta bermuatan meningggalkan Istanbul menuju provinsi Zi'an, China, melalui koridor tengah (waktu transportasi 12 hari). Secara khusus, Georgia berpartisipasi dalam Rute Transportasi Internasional Trans-Kaspia (Koridor Tengah), yang bermula dari Asia Tenggara dan China, melintasi Kazakhstan, Laut Kaspia, Azerbaijan, Georgia dan selanjutnya ke negara-negara Eropa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI